TAFSIR QS (2) AYAT 65

16 0 0
                                    

.

وَ لَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ 

"Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar perintah pada hari Sabtu. " (pangkal ayat 65).

Diperingatkan lagi bagaimana sekumpulan Bani Israil melanggar perintah memuliakan hari Sabtu. Memuliakan hari Sabtu, istirahat bekerja pada hari itu dan sediakan diri buat beribadat. Memuliakan hari Sabtu adalah salah satu janji mereka dengan Tuhan. Tetapi mereka mencari helah, memutar hukum dengan cerdik sekali. Kata setengah ahli tafsir, kejadian ini ialah di danau Thabriah, kata setengah di Ailah dan kata setengah di Madiyan.

Di manapun tempat kejadian tidaklah penting, sebab perangai begini bisa saja terjadi di mana-mana karena hendak menghelah-helah (memutar-mutar) hukum.Menurut ahli tafsir mereka tinggal di tepi pantai. Mereka dilarang mengail atau memukat di hari Sabtu. Segala pekerjaan mesti dihentikan di hari itu. Mereka dapat akal buruk; mereka pasang lukah hari Jum'at petang hari, lalu mereka bangkitkan pada hari Ahad pagi. Sabtu itu sangat banyak ikan keluar. Rupanya ikan sudah mempunyai naluri bahwa mereka tidak akan dipancing dan dipukat pada hari Sabtu.

Mereka merasa bangga sebab telah dapat mempermainkan Allah. Tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka telah celaka besar lantaran itu. 

فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ 

"Maka Kami firmankan : ,jadilah kamu kera-kera yang dibenci " (ujung ayat 65).

Berkata pula ahli tafsir, mereka dikutuk Tuhan sehingga menjadi kera atau jadi beruk semua. Kata setengah penafsir pula, ada yang jadi babi. Kata setengah penafsir pula, ada yang jadi keledai. Tetapi kalau kita lanjutkan merenungkan ayat itu, jika mereka dikutuk Tuhan menjadi kera, monyet, beruk atau babi dan keledai, bukan berarti bahwa mesti mereka bertukar bulu, berubah rupa. Tetapi perangai merekalah yang telah berubah menjadi perangai binatang. Rupa, masih rupa manusia, tetapi perangai, perangai beruk, adalah lebih hina daripada disumpah menjadi beruk Iangsung. Sebab kalau beruk berperangai beruk, tidaklah heran dan bukanlah azab. Yang azab ialah jika manusia berperangai beruk. Orang tidak benci kepada beruk berperangai beruk, yang orang benci ialah manusia beruk.

Adakah anda pernah melihat "orang jadi beruk". Seorang Mubaligh Islam di Minangkabau, saudara Duski Samad pernah membuat misal : "Beruk tua terpaut". Kebiasaan di Minangkabau orang menurunkan buah kelapa dengan mempergunakan beruk. Setelah beruk itu tua, dipautkan dia oleh empunya di sudut rumah. Apa kerjanya ? Akan disuruh memanjat kembali, dia tidak kuat lagi. Dan dia belum juga mati. Maka kerjanya setiap hari hanya mencabuti bulunya sendiri, sehingga tinggal kulit licin seperti baju kaos. Tiap orang yang lalu-lintas, walau orang itu Engku Imam atau Engku Lebai sekalipun, selalu dicibirkannya. Kalau diberi makanan, cepat sekali disambutnya. Kalau tidak diberi dia menjijir. Berapapun diberikan, disambutnya, meskipun perutnya telah kenyang. Namun makanan itu disimpannya terus dalam lehernya sampai gembung, dan dia masih saja meminta.

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang