بَدِيْعُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ
Badi'us-samawati wal ardhi : Kita artikan: "Yang menciptakan semua langit dan bumi dengan tiada bandingan. " (pangkal ayat 117).
Di sana terdapat kalimat Badi'. Arti Badi', ialah penciptaan, yang mengeluarkan suatu ciptaan belum pernah didahului oleh orang lain. Sebab itu maka ilmu ungkapan kata-kata yang indah dinamai dalam bahasa Arab: Ilmu Badi'. Tuhan Allah mencipta alam adalah atas kehendakNya dan bentuknyapun atas pilihanNya sendiri. Tidak dapat didahului oleh siapapun dan tak dapat disamai oleh siapapun. Sebab itu pula maka kalau ada seorang mencipta satu lukisan yang belum dicapai oleh orang lain, ciptaannya itu disebut juga Badi'. Bahkan kata kata Bid'ah yang biasa terpakai dalam agama, juga ambilan dari kata Badi'. Kalau ada orang menambah-nambah suatu amalan agama, yang tidak menurut teladan daripada Rasulullah, disebut pembuat Bid'ah, atau Mubtadi'. Itu pula sebabnya maka tidak mendapat kata lain buat menyatakan maksud dari ayat Badi'us samawati wal ardhi, ialah "menciptakan semua langit dan bumi dengan tiada bandingan." Diberi ujung dengan tiada bandingan supaya jelas apa yang dimaksud dengan kata pencipta.
وَ إِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُوْلُ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ
"Dan apabila Dia telah menentukan sesuatu, Dia hanya berjirman kepadanya: , Jadilah Maka diapun terjadi."(ujung ayat 117).
Dengan ayat ini jelas siapa Tuhan dan siapa makhlukNya. Tuhan Allah berkekuasaan mutlak dan langsung, tidak memakai perantaraan. Bila Dia menghendaki sesuatu, diperintahkanN'ya saja supaya terjadi , maka sesuatu itupun terjadi. Bagaimana rahasia kejadian itu, berapa lamanya dan bila masanya, tidaklah kuat otak manusia buat berpikir sampai ke sana.Yang terang dengan ayat ini ialah bahwa Allah yang seperti itu Maha Besar kekuasaanNya tidaklah memerlukan anak.
Orang Yahudi mengatakan Allah itu beranak, Uzair namanya. Orang Nasrani mengatakan Allah itu beranak, Isa al-Masih namanya. Orang musyrikin Arab mengatakan Allah beranak, dan anak itu perempuan, yaitu sekalian Malaikat.
Maka dengan keterangan ayat ini, bahwa Allah itu Maha Kuasa mutlak sendirinya mencipta alam ini, dengan tidak memerlukan pertolongan yang lain memberi kenyataan bahwa anak itu tidak perlu. bagi Allah Yang Maha Kuasa, di dalam menjadikan dan menciptakan seluruh langit dan bumi dengan seluruh isinya. Kalau dipikirkan bahwa anak itu ada bagi Allah pada kekuasaan seluruhnya hanya ada pada Allah, nyatalah bahwa adanya anak itu hanya membuat anak-anak yang menganggur dari kekuasaan.
Dan kalau anak-anak itu turut berkuasa, nyatalah bahwa kekuasaan yang telah dibagikan Allah kepada anak yang dikasih itu telah mengurangi kekuasaan yang ada pada Allah sendiri. Untuk menerima gagasan Tuhan beranak ini, pikiran mesti dikacaukan lebih dahulu, sehingga gambaran tentang kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa itu tidak terang lagi.
"Maha Suci Dia !" Dia Tunggal, Dia Khaliq ! Yang selainNya adalah makhluk. Dengan ini maka bulatkanlah ibadat dan persembahan kepadaNya saja, karena Dia memang Esa, mustahil berbilang. Mustahil beranak. Kepercayaan yang pecah, yang tidak tunggal akan memecah pikiran sendiri. Dan pikirkanlah agama itu baik-balk, sehingga dapat dikerjakan dengan pikiran murni.
Dengan kalimat Kun, artinya : Jadilah, atau Adalah. Tuhan bersabda, maka apa yang dikehendakiNyapun terjadi. Kalimat itu ia tujukan kepada yang belum ada supaya ada, atau kepada yang telah ada supaya lebih sempurna. Sebelum datang kalimat Kun, barang itu belum ada. Maka takluk adanya sesuatu ialah kepada iradatNya (kehendakNya). Jika tidak dengan iradatNya tidaklah jadi.
Bagaimana pertalian di antara sebelum ada, menjadi ada, sejak bila adanya dan bagaimana dahulunya, tidaklah ada seorang sarjanapun mengetahuinya. Yang disusun hanya kumpulan dari kemungkinan, hanya sangka-sangka, (Zhan). Dan itulah yang dinamai ilmu. Sebab hal itu adalah rahasia Ilahi yang sangat dalam; hal itu tertutup buat kita selama-lamanya, sebagaimana juga tertutup rahasia buat mengetahui Dzat Allah.
Kata pendek yang diungkapkan dalam al-Qur'an kun fa yakun. Jadilah, maka diapun terjadi! Hanyalah semata mata buat mendekatkan kepada paham kita saja. Kita sendiri tidak dapat lagi berjalan lebih jauh dari itu. Kalau dikatakan bahwa alam yang ada itu timbul dari dalam Allah sendiri, niscaya mustahil. Sebab suatu ketimbulan hanyalah menempuh salah satu dua jalan. Pertama timbul yang mesti, sebagai mestinya timbul panas dari cahaya. Teranglah bahwa timbul yang demikian bukan kehendak dari keduanya ataupun salah satu dari keduanya. Atau jalan kedua, yaitu ada karena perkawinan sebagai lahirnya seorang manusia. Maka Allah adalah Tunggal, dan bukanlah terjadinya apa yang ada ini karena pertemuan di antara satu Allah jantan dengan satu Allah betina: "Maha Suci Dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...