أَلَمْ تَعْلَمْ
"Tidakkah engkau ketahui? " (pangkal ayat 107).
Gaya pertanyaan seperti ini adalah menguatkan kata, yang dinamai Istifham-Inkari.
Tidakkah engkau tahu wahai utusanKu ? Untuk menekankan perhatian kepada hal yang tengah dibicarakan.أَنَّ اللهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ
"Bahwasanya Allah itu, kepunyaanNyalah kerajaan langit dan humi."
Dia Yang Maha Kuasa mengatur semuanya. Maka jika perhatian telah ditumpahkan kepada Maha Kekuasaan yang meliputi semua langit dan bumi itu, menjadi kecillah urusan mengha puskan satu ayat atau menjadikan suatu ayat terlupa di hati manusia. Maha Kuasalah Tuhan mengatur dan menggantikannya dengan yang baru dan lebih baik, atau yang serupa. Karena semua langit dengan berbagai isinya, dengan berjuta juta bintangnya, dan bumipun dengan semua isinya; lautnya, dan daratnya, adalah seluruhnya di bawah kekuasaanNya.
Dan yang menentukan perubahan ruang dan perbedaan waktu. Semuanya beredar berirama. Pergaulan manusia, tingkat-tingkat kehidupan, tegaknya kebenaran dan sirnanya kebatilan, semua menurut hukum-hukum yang telah tertentu. Semuanya menurut Hukum Sunatullah, mempunyai illat dan ma'lul, sebab dan akibat. Hanya manusia yang picik pikiran jugalah yang tidak mengerti akan hal itu:
وَ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيْرٍ
"Dan tidaklah ada bagi kamu, selain Allah, akan pelindung dan penolong. " (Ujung ayat 107).
Yah, kalau manusia sudah paham bahwa kekuasaan atas semua langit dan bumi adalah pada Allah semata-mata, sedangkan manusia hanyalah sekelompok makhluk yang hidup di dalam bumi, dan bumi hanya satu bintang kecil saja dari antara berjuta juta bintang yang dilingkungi langit, siapakah Iagi kekuasaan lain tempat berlindung, dan dimana lagi kekuatan lain yang dapat menalong ?
Seluruh langit dan bumi adalah besar, tetapi Tuhan yang mencipta dan menguasainya adalah Maha Besar. Langit dan bumi yang begitu besar, tiada terjadi atas dayanya sendiri, melainkan atas kehendak Allahu Akbar itu. Manusia kecil di dalam alam, tetapi bila dia insaf akan kedudukan dirinya karena dia ada berakal, lekas lekaslah dia melindungkan diri dan memohon pertolongan kepada Allah.
Lalu diungkapkan dengan kata : Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'inu : Engkau saja yang kami sembah, dan kepada Engkau saja kami memohon pertolongan. Kesadaran manusia akan kekecilan dirinya itulah yang menyebabkan diapun menjadi makhluk yang berarti di tengah-tengah alam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpirituellesTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...