TAFSIR QS (2) AYAT 125

32 0 0
                                    


وَ إِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ
"Dan (ingatlah) tatkala telah Kami jadikan rumah itu tempat berhimpun bagi manusia." 
(pangkal ayat 125). Di dalam ayat ini disuruh mengingat kembali bahwasanya Allah Ta'ala telah menyuruhkan kepada Ibrahim a.s mennjadikan rumah itu, yaitu Ka'bah atau Masjidil Haram menjadi tempat berhimpun manusia, yaitu tempat beribadat dari seluruh manusia yang telah mempercayai keesaan Tuhan, supaya mereka dapat berkumpul ke sana mengerjakan haji setiap tahun, sebagaimana yang dijelaskan pula di dalam Surat 22, Surat al-Haj. 

وَ أَمْناً
"Dan (tempat) aman. " Sekalian dari tempat berkumpul seluruh manusia mengerjakan ibadat, maka tempat itupun dijadikan tempat yang aman sentosa. Di dalam Surat Ali Imran (surat 3 ayat 97), kelak akan dijelaskan sekali lagi bahwa barangsiapa yang masuk ke dalam pekarangan Masjidil Haram itu, terjaminlah keamanannya. Bukan saja manusia, bahkan juga binatang-binatang perburuan. Oleh sebab itu disebut juga dia tanah Haram , atau daerah yang dihormati. 

Demikianlah peraturan mensucikan tanah itu yang dimulai oleh Nabi Ibrahim a.s., telah dipelihara turun-temurun oleh bangsa Arab, terutama oleh penduduk yang berdiam di dalam daerah itu, walaupun dalam masa-masa mereka telah bertolak kepada menyembah berhala: 

وَ اتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى 
"Dan jadikanlah sebagian dari makam Ibrahim menjadi tempat sembahyang."

Di sini tersebutlah pula suatu tanda sejarah yang amat penting, yaitu Makam Ibrahim Banyak lah bertemu Hadits-Hadits dan riwayat tentang Makam Ibrahim itu. Di dalam Hadits-Hadits yang shahih ada ter ebut yang menunjukkan bahwa Makam Ibrahim, yang berarti tempat berdiri Ibrahim a.s., ialah sebuah batu tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri ketika beliau membangun Ka'bah. Bilamana bertambah tinggi dinding Ka'bah itu, datanglah Ismail a.s. puteranya mengantarkan batu-batu bangunan ke tangan beliau, dan naiklah pula Ismail a.s. ke atas batu itu. Demikian riwavat Bukhari. 

Menurut sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, dahulu batu Makam Ibrahim itu termasuk menjadi dinding Ka'bah. Menurut suatu riwayat dari al-Baihaqi dari Abdul Razzaq, Umar bin Khathab lah yang membawa batu itu dari Ka'bah dan membinanya di tempat tersendiri. Menurut Ibnu Abi Hatim dari Hadits Jabir, ketika Rasulullah s.a.w mengerjakan haji dan tawaf, di antara yang mengiringkan beliau ialah Umar bin Khathab. Sesampai di makam itu, beliau bertanya kepada Kasulullah s.a.w. "Makam Ibrahim ?" Rasulullah menjawab : "Ya !" Menurut Hadits yang dirawikan oleh Muslim, setelah selesai beliau tawaf, lalu beliau sembahyang dua raka'at di belakang Makam Ibrahim itu.

Di dalam ayat 97 surat Ali Imran kelak akan lebih jelas lagi keistirnewaan makam itu. Dikatakan bahwa di sana terdapat ayat (tanda) yang nyata, yaitu Makam Ibrahim. Jarak di antara zaman Muhammad s.a.w. dengan zaman Ibrahim a.s. telah berlalu beribu tahun, tetapi ayat atau tanda bukti masih ada, itulah Makam Ibrahim. Menurut suatu riwayat lagi dari Tabi'in yang terkenal, Mujahid; yang dikatakan Makam Ibrahim itu ialah seluruh pekarangan Masjidil Haram itu. 
Maka teringatlah kita tentang usaha Raja Saud dari Saudi Arabia pada tahun 1958 merombak dan memperbesar Masjidil Haram, yang menurut bentuk maketnya yang baru, terpaksa letak Makam Ibrahim digeser. Rupanya pihak Kerajaan berpegang kepada pendapat Mujahid, dan Ularna-ulama mempertahankan tradisi. Di dalam rangka memperluas tempat tawaf mengelilingi Ka'bah , pada bulan Rajab 1387, (1967) Masehi, raja Faisal Ibnu Abdil Aziz telah merombak bangunan yang melingkungi makam yang lama, lalu menggantinya dengan satu bangunan kecil memakai keranda tembaga. Di dalamnya beliau lingkungi dengan keranda kaca (kaca pembesar), sehingga batu makam itu telah jelas kelihatan. 
Di zaman raja-raja yang dahulu, rupanya di bekas jejak kaki Nabi Ibrahim a.s. tempat beliau berdiri itu telah diberi pertanda dengan perak, sehingga bekas telapak kaki itu lebih jelas kelihatan.

وَ عَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَ الْعَاكِفِيْنَ وَ الرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
"Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail supaya mereka berdua membersihkan rumahKu itu untuk orang-orang bertawaf, dan orang-orang yang i'tikaf dan orang-orang yang ruku' serta sujud. " (ujung ayat 125).

Inilah ujung lanjutan ayat. Yaitu selain dijadikan tempat berkumpul haji setiap sekali setahun dan Umrah, clan dijadikan daerah aman, diapun dijadikan pula daerah tempat beribadah yang tetap.

Pertama sekali, bersihkan RumahKu.
Tuhan menyebut rumah itu sebagai RumahKu, sehingga diapun disebut Baitullah, rumah.Allah , untuk mengangkat kehormatan rumah itu. Dia wajib bersih daripada persembahan yang selain dari pada Allah. Ketika Ibrahim a.s. telah meninggalkan negeri Babil dan Mesir dan tempat-tempat yang lain, sudah terang beliau menolak tegas segala persembahan kepada berhala. Maka di tanah yang telah diamankan ini, di sana rumah Tuhan telah berdiri, hendaklah dia bersih dari berhala. Ini diingatkan kembali kepada bangsa Arab, sebab mereka telah tersesat menyembah berhala. Rumah itu mesti dibersihkan daripada syirik dan perbuatan yang tidak patut, sehingga tetaplah dia untuk orang yang tawaf, yaitu mengelilingi Ka'bah itu tujuh kali, dengan mengambil jalan kanan. Dan untuk orang yang i'tikaf, artinya orang yang duduk berrnenung tafakkur mengingat Allah di dalam mesjid itu. Dan untuk mereka mengerjakan ruku'dan sujud, yaitu mengerjakan sembahyang.

Dengan demikian bertambah jelaslah bahwa Ibrahim a. s. yang dibantu oleh puteranya Ismail a.s. telah diperintahkan Tuhan menjadikan tanah itu menjadi Tanah Haram .

Perhatikanlah betapa besar pengaruh ayat ini ke dalam perjuangan Nabi kita di dalam menegakkan tauhid. Ayat ini diturunkan di Madinah, setelah Nabi Muharnmad diusir oleh kaumnya dari Mekkah kampung halaman dan bumi kelahirannya , dan di ayat ini dijelaskan Tuhan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bersama puteranya Ismail a.s. diperintahkan, 

Pertama: Mendirikan rumah Allah itu. 
Kedua : Menjadikannya daerah aman. 
Ketiga : Membersihkannya. Yaitu bersih dari penyembahan kepada yang lain dan bersih daripada amalan yang karut. 

Sedang di waktu ayat ini turun, Ka'bah tidak aman lagi, sehingga umat yang membelanya diusir dari sana. Ka'bah kotor karena di sana telah ditegakkan 360 berhala, dan sejak beberapa waktu orang-orang musyrikin mengerjakan tawaf dengan kotor, ada yang bersorak-sorak, ada yang bertepuk-tepuk tangan, bahkan laki­-laki dan perempuan yang bertelanjang.

Untuk mernbangkitkan dan menimbulkan kembali kesucian Baitullah itu, mula-mula sekali setelah 17 bulan Rasulullah pindah ke Madinah, datanglah perintah Tuhan memutarkan kembali Kiblat dari Baitul Maqdis kepada Ka'bah di Mekkah itu. Pada tahun kedelapan Hijriyah negeri Mekkah ditaklukkan, karena orang Quraisyi sendiri yang memungkiri perjanjian Hudaibiyah. Di waktu menaklukkan Mekkah itu, secara langsung beliau perintahkan menghancurkan berhala-berhala itu, dan beliau perintahkan Sayidina Bilal azan ke puncak Ka'bah.

Pada tahun kesembilan beliau perintahkan Abu Bakar as-Shiddiq menjadi Amirul-Haj. Kemudian beliau usulkan dengan memerintahkan Ali bin Abu Thalib membacakan Surat Baraah (at T'aubah), menyampaikan beberapa perintah. Di antaranya ialah bahwa tahun depan tidak boleh lagi ada orang yang tawaf keliling Ka'bah dengan bertelanjang. Kabarnya konon, karena beliau tidak mau melihat orang telanjang bertawaf itulah maka beliau tidak naik haji tahun itu memerintahkan Abu Bakar memimpin haji. Baru tahun depannya, tahun kesepuluh beliau memimpin sendiri naik haji, setelah Ka'bah benar-benar bersih. Dan haji beliau yang terakhir itulah yang dinamai Haji Wada': Haji Selamat Tinggal.

Keterangan lebih lanjut akan didapat kelak ketika menafsixkan Surat Baraah (at Taubah), Surat 9.
Dan menurut sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Bukhari, bahwasanya Allah Ta'ala telah menjadikan Tanah Mekkah itu menjadi Tanah Haram sejak Tuhan menjadikan semua langit dan bumi, dan akan tetap menjadi Tanah Haram sampai Hari Kiamat. Maka perintah yang diberikan kepada Ibrahim a. s. itu, ialah sebagai pelaksanaan dari kehendak Tuhan sejak dahulu kala itu. Sebab sebelum Ibrahim a.s. dan puteranya Ismail a.s. datang ke tempat itu, khususnya sebelum ada sumur Zamzam, belumlah ada manusia di sana.

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang