TAFSIR QS. (2) AYAT 116

9 0 0
                                    

.

وَ قَالُوا اتَّخَذَ اللهُ وَلَدًا 

"Dan rnereka berkata: Allah telah rnengarnbil anak. " (pangkal ayat 116). 

Atau diturunkan asal arti dari Ittakhadza: Allah telah mengambil anak. Orang Nasrani mempunyai kepercayaan bahwa Nabi Isa Al Masih itu adalah anak Allah. Sebagian dari orang Yahudi pun demikian pula, ada yang mengatakan bahwa Uzair atau Izair Imam besar dan Nabi yang membangkitkan kembali Kerajaan Bani Israil setelah penawaran raja Nebukadnezar, adalah anak Allah. Orang musyrikin penyembah berhala di tanah Arab ada pula yang mengatakan bahwa Malaikat-malaikat itu adalah anak Allah dan perempuan semua. Di dalam catatan yang oleh orang Yahudi disebut Taurat, ada dikatakan bahwa Bani Israil itu adalah anak Allah.

Ayat ini adalah pertaliannya dengan ayat-ayat yang sebelumnya. Tempat beribadat kepada Allah hendaklah dimakmurkan dan jangan dihalang-halangi. Timur dan Barat, Utara dan Selatan, seluruhnya kepunyaan Allah, dan kepadaNyalah menghadap yang sebenarnya. Tetapi hendaklah menetapkan benar-benar dalam hati siapa dan bagaimana yang sebenarnya Allah itu. Dia Tunggal, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Hendaklah bersihkan kepercayaan kepadaNya. Jangan dikatakan Dia beranak, karena Tuhan itu bukan makhluk yang memerlukan keturunan dan meneruskan atau menyambung kekuasaanNya kalau Dia mati. Allah itu hidup terus; tidak akan mati-mati. 

سُبْحَانَهُ 

"Maha Suci Dia. "Tidak masuk dalam akal yang murni bahwa Dia beranak.

بَل لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ كُلٌّ لَّهُ قَانِتُوْنَ 

"Bahkan kepunyaanNyalah apa yang ada di semua langit dan bumi; semuanya kepadaNyalah bertunduk."(ujung ayat 116). 

Hanya satu Dia. Tidak ada anakNya. Yang selainnya ini, segala kandungan semua langit, segala kandungan bumi, semua di bawah kekuasaanNya. Dan semua patuh, menekur bertunduk kepadaNya. Sama saja di antara makhluk yang beku dengan makhluk bernyawa. Malaikat bukan anakNya, manusiapun bukan anakNya, tetapi makhlukNya. Yang terjadi karena diciptakanNya. Kamu orang musyrikin; kamu katakan Malaikat anak Allah, lalu kamu ambil kayu atau batu menjadi berhala dan patung, lalu kamu sembah. Sebab katamu dia anak Allah! "Maha Suci Dia!" Kamu orang Nasrani: Isa al-Masih yang lahir dengan kuat kuasa Ilahi menurut jalan yang tidak terbiasa, kamu katakan pula anak Allah. 

Kalau kamu pikirkan hal itu dalam-dalam kamu sendiri akan bingung dengan kepercayaanmu itu. Isa al-Masih itu makan dan minum sebagai manusia biasa. Padahal Tuhan Allah tidak makan dan tidak minum. Dan Isa al-Masih itu kalau mengantuk matanya, diapun tidur. Sedang Tuhan Allah tidak pernah tidur. Memang Isa al-Masih ataupun Uzair ataupun manusia-manusia yang lain, diangkat Tuhan menjadi Rasul dan Nabi, kadang-kadang diberi mukjizat. Nyatalah bahwa semua bukan atas kehendak mereka, melainkan atas kehendak Allah juga. Allahlah yang sebenar Tuhan dan Dia tidak memerlukan anak. Mulai sekarang berhentilah dari pikiran yang demikian. Karena tidak masuk akal.

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang