Dating #9

1.5K 114 10
                                    

Mia berjalan mendekati Robert yang sedang memegang gagang telepon dan mendekatkan benda berbahan plastik itu ke telinganya yang mungil. Mungil seperti dada mimi peri. Ia mendengar Robert sedang berbicara serius dengan orang diseberang sana. Ia berpangku tangan mengamati wajah Robert sampai yang dilihati pun merasa ge-er.

"Oke, apa yang kau butuhkan dariku?" tanya Robert setelah menutup panggilan. Walau baru tiga hari mereka berkenalan, Robert seperti hafal betul setiap kode tindakan dari Mia.

"Come with me." Mia tiba-tiba menarik tangan Robert dan membawanya.

Mengerti bahwa dirinya sedang dibawa ke dalam kamar hotel Mia yang bernomor 303 itu, tangan Robert berkeringat. Ia berfikir belum saatnya untuk tidur bersama. Sesampainya di dalam kamar, Robert hanya bisa berdiri mematung.

"Kenapa kau hanya berdiri di sana. Ayo bantu aku," ujar Mia sibuk dengan peralatan make-up yang ada di atas tempat tidur.

"What? Jangan berfikir kalau aku ingin tidur denganmu." Robert menggeleng pelan dengan cepat.

"Kalau begitu ayo bantu aku. Aku akan berkencan dengan seseorang." Mia membuka almari. Ia membuka-buka nya, namun tak ada satupun baju dimana dirinya merasa klik.

"Kau berkencan? Dengan pria Spanyol?" tanya Robert dengan cepat menghilangkan rasa ge-er nya.

"Tentu saja. Tetapi aku tidak mempunyai baju yang bagus untuk malam ini." Mia memajukan bibirnya. Ia menggaruk kepalanya, jika begini apa yang harus ia lakukan?

"Tenang. Aku mempunyai kenalan seseorang yang mungkin bisa membantu." Pernyataan Robert membuat lengkungan senyum di wajah cantik milik Mia.

"Waaa, Robert kau memang teman terbaik." Mia tiba-tiba saja memeluk Robert selama beberapa detik.

Kurang dari dua jam, Marc akan tiba di depan hotel. Mia mulai menyapukan taburan bedak bagoran ke wajahnya dan mengusapkan lipstick lotere ke bibirnya. Dan terakhir, ia memakaikan gaun biru laut selutut. Untuk sentuhan lembut, dompet berwarna senada ia pegang dalam genggamannya.

"Kau memang benar-benar hebat dalam memakai make-up, walau hanya dengan bedak bagoran," puji Robert melihat pantulan bayangan Mia di depan cermin.

"Terima kasih, aku ingin kencanku bertemakan tahun '80-an," jelas Mia dengan memperlihatkan sisi anggunnya sebagai wanita Britania.

"Aku tidak tahu jika kencan mempunyai tema tertentu. Seperti pesta ulang tahun saja," ucapan Robert mendapat tatapan sinis dari Mia. Oke, sang monster berjiwa setan telah Robert lepaskan.

"Lebih baik aku mengecek lobby. Mungkin saja Marc sudah datang," alibi Robert agar dirinya terhindar dari amukan Mia. Mia tertawa melihatnya.

Nada dering lagu Another Day of Sun mengalun dari handphone Mia. Layar gadget berlapis alumunium itu menampilkan sebuah nama. Secepat kilat, Mia menggapainya dan menekan tombol hijau.

"Hai," sapa Mia.

"Hai, kau sudah siap?" balas dari seberang. Suaranya memang terdengar sangat berbeda jika di telepon. Terdengar bass dan lebih jantan.

"Tentu. Aku siap berangkat kapanpun." Mia menggigit bibir bawahnya.

"Aku sudah menunggumu di depan." Mia terkejut, benarkah? Tanpa babibu ia langsung berlari dan meletakkan handphone-nya ke dalam dompet.

Saat Mia membuka pintu, ia terkejut dengan sesosok berjas hitam berdiri disana. Kalau tidak mengerem, mungkin hidung Mia sudah menghantamnya.

"Marc? Ya tuhan," Mia berusaha menstabilkan deru nafasnya. "Holy shit, kau mengagetkanku!"

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang