Mi Corazone ❤ (Mia : One Side Story)

3.1K 129 36
                                    

Perhatian!

Berikut adalah chapter terakhir. Yang masih bingung dan rancu sama jalan cerita. Berarti kalian melewatkan satu part ^^

Aku merasakan tarikan tangan ayahku begitu kuat. Dia menyeretku hingga aku terseok. Sejenak aku menoleh ke belakang. Aku tidak ingin kehilangan kumparan wajah manis itu. Marc, nama apik anak laki-laki tampan yang aku jumpai. Dia sangat manis, begitu juga suaranya.

Aku tersenyum ke arahnya. Dengan lollipop yang aku berikan, Marc membalas senyuman selebar dunia yang akan aku tatap bersamanya kelak. Alisnya tebal, begitu lucu dan menggemaskan. Aku akan selalu mengingatnya. Aku meyakinkan diriku sebagai Mia berumur lima tahun yang pasti suatu saat akan bertemu lagi dengannya.

"Mia, kau ingin menjadi aktris apa sayang?" tanya ibuku yang sedang duduk di jok depan di samping ayah.

Suaranya tidak begitu jelas karena es krim pelangi yang seharusnya milikku ia curi begitu saja. Suasana kota Cervera di Spanyol sewaktu musim panas benar-benar membuat siapa saja tidak betah berlama-lama di luar. Ya, ibuku sedang bertanya tentang cita-citaku.

"Aktris terkenal," jawabku singkat.

Reflekku bekerja ketika ayah menoleh pada ibu. Artis porno? Ya, ayahku berkata seperti itu. Apa ada beberapa kategori artis di dunia ini? Ayahku dengan ekspresinya sepertinya cemas ketika mengatakan kalimat itu.

"Kau jangan menjadi aktris porno ya, Mia. Kau harus selalu menjaga mahkota berhargamu untuk suamimu kelak nanti."

Mendengar itu, aku yang masih berumur lima tahun hanya bisa mengangguk. Aku mana tahu aktris porno, dan mahkota berharga?

"Kelak kau ingin menikah dengan siapa sayang?" tanya ibuku yang cerewetnya minta ampun. Semoga besar kelak, aku tidak mendapati hadiah kecerewetan seperti itu.

"Tentu saja dia belum memikirkannya," potong ayahku ketika aku berniat menjawabnya.

Menikah. Tentu saja aku tahu istilah itu. Kau berkomitmen selalu menyayanginya dan setiap hari terus bersamanya. Ya, dia sang suami. Sebetulnya, banyak sekali nama yang terlintas di pikiranku. Dari Jack tetanggaku, Rudd teman bermain petak umpetku, ataupun Steve, murid pindahan yang menjadi teman sekolah taman kanak-kanakku.

"Marc!" seruku yang membuat ibu dan ayah berbalik menoleh padaku. Entah kenapa hanya nama itu yang terpikir dalam otakku.

"Marc siapa? Teman sekolahmu?"

Aku tidak tahu harus berbuat dan berkata apa. Aku tidak bisa menjelaskan siapa Marc dan siapa dia bagiku. Yang aku ingat hanyalah alis tebal, bibir seksi, dan rambut berponi yang menutupi dahinya.

Aku terus meyakinkan diriku, suatu saat aku pasti akan bertemu dengannya. Entah kenapa aku yang masih berumur lima tahun sudah merasakan perasaan ingin saja terus bertemu dengan Marc. Bertemu Steve pun yang notabene murid pindahan dari Amerika dan digilai teman-temanku, tidak terlalu menarik perhatian. Tapi ada sesuatu dalam diri Marc yang seperti magnet bagi hawa penasaranku.

Enam belas tahun, aku menjadi salah satu dari dua murid termuda yang sudah menempuh bangku SMA. Siapa lagi yang satunya kalau bukan Steve? Dia seakan telah menjadi rivalku. Ketika aku mendapat nilai B, dia pasti mendapat nilai A+ dan membuatnya sombong.

Suatu malam, ingatan itu kembali terputar dalam mimpiku. Seorang laki-laki bernama Marc. Aku terus bertanya-tanya, apakah Marc yang aku temui dulu adalah Mark van Derwall, laki-laki yang terkenal karena paras tampannya di sekolahanku?

Untuk menuntaskan pertanyaan gilaku yang setiap hari menghantui, aku memberanikan diri mengungkapkan perasaanku padanya. Untungnya dia menerimaku, jadi wajahku ini tidak perlu disembunyikan di dalam loker karena malu ditolak.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang