Decided #76

783 72 22
                                    

Perhatian!

Untuk membaca part dibawah, sebaiknya membaca part yang sebelumnya karena saling berhubungan. Matur nuwun!

"Sebenarnya untuk apa kita datang ke sini?" tanya Jose yang sedang fokus mengemudikan mobil BMW Marc untuk berbelok ke pelataran parkir sirkuit Catalunya.

"Aku ingin bertemu Casey Stoner," balas Marc mematikan radio yang terputar di mobilnya. Belum juga Jose memarkirkan mobil, Marc sudah melepas sabuk pengamannya.

Bertemu Casey Stoner? Jose akui itu tindakan yang berani mengingat betapa Casey Stoner ngebet ingin mengalahkan Marc di sirkuit. Tunggu, dugaan Jose bahwa Marc mendatangi Casey jangan-jangan untuk menantangnya lagi?

Jose merasa terlalu jauh untuk parkir di pelataran yang tersedia. Lagipula, mereka juga tidak akan diijinkan masuk paddock Ducati jika melewati pintu belakang. Ah masa bodoh, tidak ada penjaganya juga. Jose nekat memasuki dalam area sirkuit menggunakan mobilnya.

"Marc, kau jangan—" Jose merutuki dirinya yang telat berbicara. Marc sudah lebih dulu keluar dari mobil. Ia berjalan keluar bahkan tidak menunggu dirinya.

Marc masuk melalui paddock depan. Beberapa saat ia celingak-celinguk mencari keberadaan Papa Hot itu. Terdengar suara anak kecil berbicara kepada seorang wanita di dalam.

Tumben, tidak ada tim mekanik satu pun yang ada di garasi. Suara itu semakin mendekat hingga akhirnya Marc berpapasan dengannya.

"Oh, Marc Marquez? Sedang apa kau disini?"

Lekukan wajah manis itu Marc tahu, seorang mantan gadis umbrella yang berhasil membuat seorang legenda juara dunia MotoGP tahun dua ribu tujuh jatuh cinta.

"Paman Marc?" suara kecil membuat Marc terkejut.

Anak perempuan Casey bernama Alessandra Maria Stoner, sedang menatapnya dengan mata berkilau, seakan ia sedang melihat sebuah mainan bahkan makanan yang menurutnya enak dipandang.

"Hay, kau pasti Alessandra. Bagaimana kabarmu?" tanya Marc berjongkok menatap anak berumur sembilan tahun tersebut.

"Dia adalah fans beratmu, Marc. Dia sangat ingin bertemu denganmu," timpal Adri. Selama ini Marc bahkan belum pernah bertemu dengan anak perempuan Casey ini.

"Kenapa kalian tidak bertemu denganku saat berada di paddock? Kalian mempunyai kesempatan lebih besar daripada orang diluar sana, bukan?" benar Marc. Ia tidak akan mengira jika putri juara dunia dua kali dengan dua motor pabrikan beda benua itu menyukai dirinya.

Alessandra memegangi tangan ibunya dan bersembunyi di balik tubuhnya. Marc terkekeh melihat hal itu. Baru kali ini Marc menemui salah seorang fans yang tahu malu dengan dirinya.

Langkah derap kaki cepat datang dari belakang Marc, tidak salah lagi itu pasti Jose. Tidak lama, sebuah motor berwarna merah dengan suaranya yang menggelegar datang dari samping kiri Marc. Spontan ia menoleh.

Nomor keramat itu, dua puluh tujuh. Dengan pria yang mengendarainya lengkap dengan wearpack, sedang kembali ke dalam paddock.

Tiba-tiba banyak tim mekanik yang datang dan membantu Casey untuk turun. Gigi, sang kepala tim mekanik pun datang. Marc merasa dirinya sepertinya salah untuk masuk ke kandang macan. Ia seperti bunuh diri saja.

"Marc Marquez?" sapa Casey tanpa melepas wearpacknya bersalaman. Helm merah itu masih ia bawa di tangan kirinya.

"Casey. Kau masih terlihat bersemangat menjajal Desmosedici," basa-basi Marc yang terdengar cukup keren untuk seukuran dirinya.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang