I Knew I Love You Before I Met You #54

899 64 20
                                    

Mia berjalan sempoyongan dengan jari-jemarinya masih meraba-raba bibirnya. Di sepanjang lorong itu, pikirannya masih saja melayang akan kejadian yang baru saja menimpanya. Rasa manis bibir Maverick masih menempel disana. Menyisakan sisa-sisa kekhawatiran dan kecemasan.

Mia berjalan memasuki ruang paddock melalui pintu belakang, tidak ada siapapun selain orang-orang teknisi dan keluarga Marc.

Langkah suara kaki Mia yang mendekati mereka, membuat Papa Julia dan Mama Roser juga Alex menoleh secepat kilat. Dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, membuat Mia bergidik ngeri. Tatapan Mama Roser berbeda dari sebelumnya, terasa tajam dan dingin.

Mia terperanjak ketika Marc yang sudah mengenakan seragam timnya berdiri dari duduknya dan mencengkram pergelangan tangannya kuat-kuat. Tanpa komando, Marc menariknya keluar dan masuk ke dalam sebuah ruang kerja khusus Marc yang dibangun oleh perusahaan.

Mia baru pertama kali ini mengetahui jika sang pembalap mempunyai ruang kerja khusus di belakang paddock. Ruang kerja yang terlihat seperti trailer truk jika dilihat dari luar. Ada meja kerja seperti biasa dan kursi juga tempat tidur. Mungkin Marc selama dua hari lalu bermalam disini.

Tetapi, semua hal itu tidaklah penting. Yang Mia pikirkan hanyalah, kenapa Marc berusaha mencegahnya mendekat pada keluarganya?

"Kau terekam kamera," ucap Marc menyeka keringatnya dengan lap putih yang ia bawa sejak dari paddock.

"Lalu?" tanya Mia berpura-pura. Mia paham apa yang Marc maksudkan.

"Aku tidak habis pikir kau menciumnya di belakang podium kemenangan? Terekam kamera dan ditayangkan secara live?" jelas Marc dengan tangannya yang mengacung letak tempat kejadian perkara.

"Ak-aku tidak bisa mengelaknya, Marc. Dia tiba-tiba menciumku dan aku—"

Marc mengangkat satu alisnya menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut Mia. Tetapi nihil, Mia tidak dapat mencari alasan untuk memperpanjang ulasannya. Tidak ada gunanya lagi Mia berterus terang dengan Marc.

"Aku mencintai Maverick. Tidak ada alasan satu pun di dunia ini yang bisa membantah pernyataan cintaku padanya," ucap Mia dengan nafas tersengal. Selama berpikir tadi, ia tidak sadar jika sampai menahan nafas beberapa detik.

Marc terbungkam. Ia tidak tahu, mengapa dan kenapa tiba-tiba Mia begitu mudahnya jatuh dalam perasaan Maverick?

Marc yang sedari tadi duduk diatas meja kerja dengan laptop yang menyala, membalikkan badannya. Dari jendela berukuran kecil itu, ia mengamati bagaimana histeri para fans sang juara balapan hari ini.

"Maaf Marc, ada sesuatu yang harus aku lakukan lagi," celetuk Mia yang membuat Marc tersadar dari lamunannya.

Marc kembali berbalik dan mendapati Mia sudah mengenakan jaket biru lautnya. Di tangannya terdapat baju seragam tim Repsol Honda tertata rapi berwarna putih dengan nametag nama ibunya.

"Terima kasih. Ini seharusnya milik Mama Roser. Dugaannya salah, aku bukan wanita yang pantas mengenakan baju itu. Aku tidak seperti yang ia pikirkan. Aku minta maaf." Mia menyodorkan baju itu pada Marc.

Marc memperhatikan bagaimana baju itu terlihat. Sangat rapi dan masih putih bersih bahkan hampir seperti baru. Selama ini ternyata Mia sangat menjaganya.

Marc mendongakkan kepala dan menatap dalam mata Mia. Marc seakan-akan memberikan pesan di dalamnya. Ego nya yang terlampau besar tidak dapat lagi dibendung. 

Seharusnya Mia membela dirinya, seharusnya Mia masih mengenakan seragam itu, seharusnya ia berada di atas podium, seharusnya Mia mengatakan jika dirinya akan menikah dengan Marc.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang