The Truth Has Revealed #11

1.3K 108 14
                                    

(***)

Mia membuka pintu dan meraba-raba tombol saklar lampu yang ada di apartemennya. Sebuah benda dilapisi kaca itu bersinar, tetapi bukan itu yang membuat Mia terlonjak kaget. Ia menemukan seonggok daging sedang berdiri di samping tv membawa sebuah kue di tangannya.

"Steve!" seru Mia menengadahkan tangannya dan meletakkan kunci mobil dan tasnya.

"Happy Birthday, Mia!" teriak Steve sok heboh. Mia melihat mata biru pacarnya itu, seakan-akan berbicara agar Mia segera mendekatinya.

"Buatlah permintaan," tegas Steve sembari menyodorkan kue ulang tahun itu lengkap dengan lilin dan api yang menyala-nyala.

Sebelum melakukannya, Mia mengamati bagaimana rupa kue itu. Kue berbentuk rumah nanas, rumah Spongebob 'kah?

"Kau membuatnya sendiri? Kenapa harus rumah Spongebob?" tanya Mia memandang Steve.

"Ah sudahlah, tiup saja lilinnya." Wajah Steve berubah memerah seketika.

Mia mulai memejamkan matanya dan mengucapkan harapan-harapannya dalam hati. Selagi melakukan itu, Steve, pria yang lebih tinggi dari Mia tersebut memperhatikan secara diam-diam.

"Kenapa kau terus memperhatikanku seperti itu? Apa aku terlihat cantik dengan wajah lelah dan tanpa make-up ini?" goda Mia mencubit pipi Steve.

"Mandilah, aku akan menyiapkan makan malam kita," perintah Steve mengalihkan pembicaraan. Steve merupakan tipe pria yang mudah ditebak. Mia merasa klik dengan kepribadian Steve.

"Kau memasak sendiri?" tanya Mia lagi. Tetapi Steve mendorong tubuh Mia untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Sudahlah jangan banyak tanya."

Dengan rambut yang masih setengah basah karena Mia tidak sabar dalam mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, ia menghampiri Steve yang sudah duduk manis di meja makan mereka. Ia melihat barisan makanan yang banyak dan lilin merah yang menyala. Ditambah beberapa balon disana.

"Aku bukan anak berumur lima tahun lagi. Kau masih saja memasang balon disini." Mia duduk di bangku berseberangan dengan Steve.

"Sudahlah. Kau senang sekali menggodaku sampai wajahku memerah." Hobi Mia yang baru, menggoda Steve, pacarnya.

Mia mencicipi daging yang dipanggang oleh Steve. Teksturnya lembut dan rasanya pas. Merasa dipandangi karena ingin mendapat nilai lebih dari hasil kerjanya, Mia mengerutkan dahinya berpura-pura.

"Kau tidak menyukainya?" tanya Steve was-was.

"Perfect. Pecah!" seru Mia sembari terkekeh pelan. Begitu juga dengan Steve.

"Bagaimana casting-mu? Kau mendapatkan perannya?" tanya Steve disela-sela makan mereka.

"Aku lolos ke tahap berikutnya. Besok aku akan mendapat hasilnya dan—" belum selesai Mia berbicara, sebuah panggilan datang dari handphone milik Steve yang tergeletak di samping piring pria itu.

"Tunggu sebentar," ucap Steve menghentikan pembicaraan dan mengangkat panggilan itu. Mia melihat gelagat Steve yang pergi dari meja makan saat mengangkat panggilan itu. Se-penting dan se-privasi itukah?

Ingin hati Mia menguping apa yang sedang Steve bicarakan. Setiap kali panggilan dengan nada dering khusus itu, Steve mengangkatnya dan pergi berlalu sampai hilang dari pandangan Mia.

Mia mengamati bagaimana ekspresi Steve ketika berbicara dengan seseorang di seberang sana. Senyuman dan tawa kecilnya sungguh berbeda dari yang ia lontarkan pada diri Mia sendiri. Dan untuk malam itu, Mia melihat untuk yang terakhir kalinya, senyum dan wajah tampan dari seorang Steve. Dan untuk malam itu juga, Mia merasakan untuk yang terakhir kalinya, kebahagiaan sebelum akhirnya ia menyadari, Steve sedang menyembunyikan seseorang yang lebih dari dirinya.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang