Pray You Catch Me #57

770 70 15
                                    

Mia merasakan satu kepalan tangan keras menghantam wajah kirinya. Mia tidak bisa menghindarinya, ia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. 

Dengan mata berkunang-kunang, Mia terjatuh tersungkur ke tanah. Telapak tangannya menjaga tubuhnya agar tidak menghantam kerasnya tanah. Perih yang ia rasakan disekujur tubuhnya kini.

Terlebih, tangannya serasa patah dan teramat perih ia rasakan di telapak tangannya. Rasanya seperti terjatuh dari belajar bersepeda semasa kecil dulu.  

Mia segera mendongakkan wajah dan menatap Marc yang sedang melihatnya nanar dan merasa tidak percaya. Rasa perih dan kaku hinggap di pipi kirinya.

"Siapa kau sekarang, Marc?" tanya Mia serak dengan wajah yang tertutup sebagian rambut.

Marc membelalakkan matanya tak percaya. Apa yang sedang terjadi? Kenapa tangannya terasa panas dan hatinya merasa lega?

"Aku tidak tahu," ucap Marc tidak sadar. Tangannya menengadah ke langit. Ia mengamatinya secara seksama.

Mia dihantam rasa tidak percaya, bagaikan mimpi di siang hari. Setelah Mama Roser yang menamparnya sangat keras di pipi kanan, kini Marc Marquez yang bahkan memukulnya dengan sekuat tenaga di pipi kirinya. Apakah sebesar itu salah Mia pada mereka?

Maverick tidak tinggal diam. Dia berjongkok dan memegangi pundak Mia membantu berdiri. Beberapa detik lalu dengan secepat kilat, Mia berusaha melindungi dirinya dari hantaman Marc.

Maverick tahu jika tidak ada Mia tadi yang menghalangi, mungkin kini dirinya yang jatuh. Sebagai laki-laki, Maverick bisa merasakan betapa kuat hantaman tersebut. Nekat sekali Mia, batinnya.

"Mia, hey hey kau tidak apa-apa?" Maverick membantu Mia berdiri. 

Terasa saat mengangkatnya, tubuh Mia lemas lunglai. Tangan lembutnya masih saja memegangi pipi kiri yang menjadi target hantaman keagresifan Marc.

Tanpa meminta ijin dan terlanjur khawatir, Maverick membuka paksa tangan Mia yang menutupi bekas hantaman. Terlihat luka lebam dan menghitam disana. Mata kiri Mia mulai terlihat berdenyut, pasti akan membengkak.

Ini tidak bisa dibiarkan lebih lama. Maverick harus segera membuat tindakan dengan mengobatinya.

"Mia, lukamu cukup serius. Ayo kuobati kau," ucap Maverick berbalik dan berjalan secepat mungkin.

Marc yang melihat luka lebam hasil bogem mentah yang tidak disengaja dan tidak bisa ia hentikan pun merasa sangat bersalah. Dalam benaknya ia terus bertanya-tanya, siapa dirinya kini? 

Marc setengah berlari mengejarnya, meminta maaf. Ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika Mia berlalu begitu saja dengan luka seperti itu

"Mia, tunggu. Aku minta maaf. Aku tidak sengaja melakukannya. Mia—"

"Sudahlah, Marc. Lepaskan. Kau hanya akan memperparah keadaan." Maverick menghalau tubuh Marc.

Marc tidak lagi memikirkan emosinya pada Maverick, yang ada di pikiran dan perasannya hanyalah Mia yang meringis kesakitan. Gadis itu tidak berdaya. Rasa memelas dari gadis itu menghantui Marc terus menerus.

"Marc, lepaskan," celetuk Mia melepas pegangan tangan Marc darinya. Perlahan namun pasti.

Mia berdalih kini, dua kata yang sanggup menghipnotis Marc. Yang mampu membuat Marc melakukannya tanpa perlu disuruh.

Mia dan Maverick kembali berjalan menjauh darinya. Marc mengamati bagaimana tangan Maverick yang berjalan menjaga tubuh Mia dari belakang agar tidak terjatuh. Sela-sela jari Mia terisi oleh sebuah kehangatan yang tidak berasal darinya.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang