Blank Space ❤ #87

2.2K 74 27
                                    

Perhatian!

Cerita berikut mengandung unsur dewasa 20+ dan bahasa yang kuat. Di mohon kebijaksanaan para pembaca ^^ Mau baca dengan senang hati, gak baca rugi loh :v

Mia menarik nafas dalam. Di seluruh tubuhnya ia merasakan kehangatan. Perlahan ia membuka matanya. Tersadar dirinya masih terbujur lemas di atas tempat tidur dengan selimut putih tebal masih menutupi seluruh tubuhnya sampai leher.

Sudah pukul tujuh malam. Mia tersenyum sendiri ketika mengingat kejadian tadi siang. Benar-benar diluar dugaannya. Sejenak ia menoleh ke tempat sisi dimana kejadian tak terlupakan itu berlangsung tadi. Aroma parfum Marc pun masih dapat ia cium.

Mia mengumpulkan niat sekaligus tenaga untuk segera bangun. Rasa lemas dan kaku masih menderanya. Perasaan dan kenikmatan itu masih saja terasa sangat nyata. Letupan cinta membuat hormon endorfin dalam diri Mia bergejolak hebat.

Mia akhirnya mempunyai tenaga walau sekedar hanya untuk duduk di atas ranjang. Ia celingukan mencari pakaian terdekat yang bisa ia pakai. Dasar Marc Marquez, apakah dia memang sengaja menyembunyikan semua pakaian? Mia merasa malas hanya untuk membuka almari milik laki-laki itu.

Dengan berbekal selimut tebal yang ia lilitkan di seluruh tubuhnya, Mia yang sebenarnya bugil, berjalan menuruni tangga dan mencari sosok calon suaminya tersebut. Mia merasa ia seperti sedang mengenakan gaun saja, dengan bahan yang terurai sampai ke belakang.

"Happy birthday to you. Happy birthday to you." Mia menunggu lagu fenomenal itu untuk Marc selesaikan, tetapi sepertinya rasa grogi membuat suara Marc bergetar dan lebih memilih segera diam. Nyanyi wang hart saja belepotan.

"Apa ini?" tanya Mia menatap roti kue yang ada di hadapannya.

Lilin-lilin yang berdiri tegak menampilkan kobaran api kecil. Marc sengaja mematikan hampir sebagian lampu di pantry dapur tersebut. Mia memperhatikan ternyata Marc sudah berganti pakaian dari sebelumnya. Terlihat rapi mengenakan kemeja birunya.

"Tentu saja ulang tahun."

"Tapi ulang tahunku masih bulan November, Marc." Mia mengingatkan sembari menggaruk keningnya tidak mengerti.

"Ini ulang tahun kita. Tepat hari ini adalah hari pertemuan pertama kita pada dua puluh dua tahun yang lalu."

Mia terkagum. Benarkah? Bahkan Mia sendiri sampai lupa. Yang ia ingat, hanyalah musim panas, sirkuit, dan anak laki-laki beralis tebal mengenakan baju balapnya.

"Ayo kita tiup lilinnya bersama," perintah Marc.

Dalam aba-aba hitungan yang Marc bisikkan, mereka meniup lilin berbentuk angka dua puluh dua itu. Bayangan wajah Marc yang terkena sinaran kobaran api pun kini redup.

"Kemari, duduklah. Ayo kita makan kue ini bersama."

Dalam setengah kegelapan itu, Mia mendengar suara Marc yang ternyata sudah duduk di atas kursi meja makan. Tunggu, tetapi hanya satu kursi yang tersedia disana.

"Tapi hanya ada satu kursi, Marc."

"Siapa bilang kau duduk sendiri. Kemarilah, aku akan memangkumu. Tak usah sungkan, di pangku laki-laki tampan loh." Marc menepuk-nepuk pahanya yang terbalut celana jeans biru.

Mia menuruti. Dengan tubuh yang masih terlilit selimut itu, Mia memposisikan diri untuk duduk di atas paha Marc. Sensasi kejutan listrik itu kembali muncul. Kini Mia merutuki dirinya, kenapa setelah kejadian siang tadi, Mia selalu berpikiran kotor ketika bersentuhan dengan Marc?

"Terima kasih, Marc. Aku bahkan tidak ingat kapan tanggal pertama kali kita bertemu."

Mia dengan satu tangan yang masih memegangi selimut itu, ia mengelus lembut pipi Marc. Rambut bob pendek milik Mia mengingatkan Marc akan peristiwa lalu, ketika ia mengacak-acak rambut merah itu karena menggelinjang kenikmatan hebat.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang