Irreplaceable #58

819 73 35
                                    

4 tahun kemudian

Dengan mobil mini golf itu, Mia bersama sang supir nekat pergi ke kota. Mia nekat meninggalkan sang suami yang tidak tahu jika sedang ditinggalkan. Tidak apalah, dia sudah biasanya bermain bersama teman-temannya, pikir Mia.

Mobil mini golf itu tidak dapat berjalan lebih dari lima puluh kilometer per jam, sehingga Mia dapat leluasa memandangi indahnya pagi California. Sepanjang mata Mia menyapu pandang, satu yang menjadi pusat perhatiannya. 

Sebuah tempat dengan orang-orang duduk di kursi di depan toko sedang menikmati indahnya suasana pagi hari ditemani secangkir kopi dan sarapan, lengkap dengan koran yang menjadi pegangan.

Berhenti sejenak dan memesan dua es kopi sepertinya ide bagus. Toh pagi ini tenggorokannya belum merasakan manisnya sebuah es kopi espresso seperti biasa.

"Bisakah kau menepi disana?" pinta Mia menunjuk dengan jari telunjuknya.

"Yes mam," balas sang supir. Dengan sigap ia membanting stir dan parkir di pinggir trotoar.

Mia mengambil sebuah kacamata hitamnya dari tas yang berhiaskan emas. Dengan anggun Mia melangkah masuk ke toko itu. Suara ketukan sepatu heels berwarna hitamnya yang menyentuh lantai membuat suasana toko berubah seketika.

Banyak pandangan orang-orang yang menatapnya dengan mata berbinar-binar, seakan berbicara 'bukankah itu Mia Stone? Sang aktris kaya raya yang meraih piala Oscar kemarin?'

Dengan dress ketat sepaha perpaduan warna hitam dan emas yang mencetak ukuran tubuhnya itu, Mia berjalan melenggang menyisir orang-orang yang sebenarnya membuat Mia sedikit tidak nyaman. Tidak seperti biasanya.

"Dua es kopi espresso, tolong." Belum sampai Mia menarik nafas setelah berbicara dan melepas kacamatanya, seorang pria membawakan dua cup kopi berwarna putih disajikan di atas nampan silver kecil yang dapat dibawa pulang.

"Tidak usah bayar," ucapnya dengan tersenyum. 

Ketika melihat wajah itu, Mia teringat akan sosok sang chef restoran yang pernah Mia singgahi. Restoran dimana hanya ada dia, cahaya sunset, dan orang yang pernah hidup di hati Mia.

"Oh aku memaksa. Terima kasih." Mia mengeluarkan lima lembar uang kertas. 

Tidak perlu berlama-lama lagi, Mia mengambil dua cup kopi diatas nampan silver itu dan pergi. Sebagai public figure yang baik, dari ambang pintu masuk, Mia melemparkan sebuah senyuman kecil pada orang-orang didekatnya.

"Ini untukmu." Sang supir yang lebih muda dari Mia itu terkejut, tatkala dirinya memberikan satu cup es kopi espresso padanya. Tidak ada satu menit bos nya itu membelinya, sudah kembali saja.

"Terima kasih banyak, nyonya." Ia menerimanya dan kembali menginjak pedal gas, "Sekarang, kita akan kemana?"

"Aku ingin pulang ke rumah saja. Sudah hampir satu jam kita berkeliling. Mungkin suamiku sudah selesai dan sedang beristirahat disana."

***

Jarak pandang antara rumahnya dan dirinya yang sedang mengayuh sepeda, membuat Marc semakin bersemangat unuk mengakhiri olahraga pagi rutinnya ini. Marc menoleh ke belakang mencari keberadaan Alex.

Saat Marc menoleh, angin kencang menyapu wajahnya yang bisa diketahui berasal dari Alex yang mengayuh sepedanya dengan tingkat keterlaluan dan keranjingan.

"Dua puluh meter sampai rumah," seru Alex yang mendahului Marc menantang balapan. Curang sekali dia, seperti biasa.

Marc menggeleng kepalanya tersenyum dan menerima tantangan itu.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang