L'amour Flotte #67

765 67 8
                                    

Sudah lama mereka berjalan. Hari gelap sebelum waktunya. Mungkin akan turun hujan setelah ini. Udara dingin benar-benar berhembus menyapu tubuh mereka berdua diatas jembatan, dengan lampu temaram berjejer yang siap menyorotkan cahayanya. Sinar matahari bahkan tidak bisa menembus awan hitam yang menggumpal.

"Kau tidak mengenakan jaketmu?" tanya Mia berjalan beriringan bersama Marc.

Pandangan Mia tidak bisa lepas pada awan hitam diujung sana. Terlihat mengerikan seperti akan datang badai saja.

Marc memperhatikan jaket yang ia sengaja rebahkan pada lengan kanannya. Marc tidak ingin pede, tetapi Mia perhatian juga. Ngiangan kata-kata Mia saat di menara Eiffel masih saja menghantuinya.

"Tidak. Setelah acara lari berlari di Eiffel, tubuhku merasa kepanasan," balas Marc terselip ide jahil, "Kau ingin aku mengenakan jaket ini pada tubuhmu?"

"Aku sudah mengenakan mantel. Kau tidak bisa menggabungkan mantel dan jaket secara bersamaan." Mia menggelengkan kepala pelan, aneh sekali pikirnya.

"Oh ya, kau sudah menelepon Angela?" Mia sempat terkejut dengan pertanyaan Marc.

"Ah tentang itu, ya dia sedang bersama Alex."

Mia mulai tertawa mengingat cerita Angela yang ternyata telah bertemu sang Alex asli. Marc tidak menyangka jika semua akan berakhir seperti ini.

"Aku tidak tahu harus berkata apa. Kita yang menjadi pasangan buta pengganti, bertemu tidak sengaja. Dan mereka yang benar-benar menjadi sang pasangan buta malah bertemu secara nyata dan kebetulan."

"It's purity insane," balas Mia tertawa.

Tidak sadar mereka telah berjalan lama, terdengar bunyi dentingan piano dan saksofon dari sebuah dalam ruangan. Mia menajamkan pendengarannya dan menoleh kanan dan kiri mencari sumber suara.

Mia sengaja berjalan mendahului Marc didepan. Pendengaran tingkat gila Mia yang seperti anjing pelacak akan musik membuahkan hasil. Ia mendongakkan wajahnya membaca template nama tersebut. Kelab jazz di restoran Italia?

Mia secepat kilat menoleh belakang dan menatap wajah Marc.

"Kau ingin makan malam?" tawar Marc yang mengerti perasaan Mia.

Marc membukakan pintu kelab itu dan mendapati banyak sekali orang yang sedang menikmati hidangan makanan Italia. Tidak seperti restoran Italia pada umumnya, semuanya berbaur dengan budaya orang-orang Prancis. Apalagi terdapat sebuah mini stage di depan sana.

Mia tersenyum mengamati mereka. Para pemain piano, saksofon, terompet, drum bersatu padu membentuk harmoni nada yang indah.

"Mia?" seru Marc yang sudah menyeret satu kursi untuk ia duduki.

Mia menerimanya dengan suka cita. Ia membuka buku menu yang telah tersedia. Buk itu berwarna merah biru dan putih seperti halnya bendera negara kebanggaan Perancis. 

Semuanya yang tertulis disana menggunakan bahasa Perancis dan Italia, tidak ada yang Mia pahami satupun.

Sejenak, Marc tidak paham dengan perlakuan Mia yang menyodorkan buku menu itu padanya.

"Kau tidak lapar?" tanya Marc meletakkan jaketnya pada kepala kursi dan menerima buku menu itu dari tangan Mia.

"Aku tidak bisa membaca satu pun makanan disana, hehe." Mia nyengir bak maling ketahuan mencuri BH tetangga. Marc hanya ber-oh ria.

Ia tersenyum dan membaca semua menu itu, tidak dengan harganya. Horang kayah! Tapi sedikit pelit deng.

Meski begitu, dimanapun dan kapanpun Marc berada di sebuah restoran, ia pasti akan memesan pasta. Tanpa pengecualian.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang