Marc samar-samar mendengar suara pembicaraan orang mengenai dirinya. Dengan langkah pelan, Marc mencoba menyamarkan suara langkah kakinya agar telinganya dapat fokus menangkap isi pembicaraan itu.
Sekat yang ada di depannya menutupi penglihatan Marc. Ia hafal nada dan cara berbicara beberapa orang itu. Tidak lain tidak bukan adalah Alex, Jose, ayahnya dan juga Mama Roser.
"Tetapi Mia tidak mengatakan jika itu adalah anaknya padaku," ucap Alex yang semakin ke akhir kalimat semakin lirih. Kode senggolan tangan dari Jose yang melihat Marc datang seakan menjadi pengingat bagi Alex untuk berhenti berbicara.
"Tidak apa. Aku sudah tahu," balas Marc berkacak pinggang dan menghembuskan nafas. Ia memperhatikan satu per satu keluarganya tersebut. Loh, ada Livio juga disana ternyata?
"Kau tidak apa?" tanya Livio menaikkan satu alisnya.
"Memangnya kenapa? Aku sudah melupakannya sejak lama sekali. Dia sudah bahagia dengan suaminya, aku juga ikut berbahagia untuknya." Marc mengangguk memberi keyakinan pada mereka semua.
"Suaminya lebih tampan dan tinggi darimu," ucap Livio dengan wajah tanpa dosa dan entengnya.
"Matanya juga biru. Aku sudah melihatnya tadi. Dia sering bermain film aksi dan laga. Dia hebat." Seluruh anggota keluarga Marc menoleh padanya dengan pandangan tajam. Livio berpura-pura menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
***
"Uwaaah!" teriak Nick saat menjatuhkan Susan di atas tempat tidur hotel.
Wajah gadis kecil itu terlihat kusam. Mungkin karena keringat yang mengucur dan rasa lelah setelah seharian menonton sebuah balapan yang tidak ia pahami untuk anak seusianya.
"Aku sebaiknya memandikan Susan terlebih dahulu. Pasti dia gerah seharian ini," ucap Mia tanpa menoleh dan menarik keluar karet penjepit rambutnya.
Rambut pirang keemasan Mia tergerai ketika jatuh. Nick yang melihat itu merasa kagum dan tersenyum manis.
"Berikan aku waktu untuk bermain bersama Susan. Seharian ini aku hanya fokus menonton balapan. Ya 'kan gadis cantik? Uhh kau menggemaskan ya." Nick menciumi hidung mancung Susan yang membuat gadis itu tertawa geli.
Mia menghembuskan nafas berat dan yah ... mau dikata apalagi. Sebaiknya ia juga beristirahat sebentar. Mia mengambil sebotol minuman soda dari dalam kulkas dan membawanya keluar balkon.
Suasana malam hari di Texas berbeda dari California yang gemerlap. Pintar sekali Nick, dapat memilih pemandangan balkon langsung mengarah ke jalanan. Terdapat bangunan tribun sirkuit disana. Tiba-tiba bayangan sosok Marc hadir dalam benak Mia.
"Dia anakmu?"
Pertanyaan Marc yang tersirat ketakutan itu jelas Mia dapat merasakannya. Mia tersenyum, sepertinya Marc masih belum bisa melupakannya. Terlihat dari bagaimana ketika Marc secara diam-diam mengamati wajahnya saat ia menggoda Susan setelah hening yang cukup panjang.
Sifat kekanakan Marc juga masih belum bisa Marc hilangkan. Apakah ego nya masih seperti dulu ya? Ah apa benar jika selama empat tahun ini Marc belum juga mempunyai pacar setelah dirinya?
"Sayang, handphone-mu berbunyi!" teriak Nick dari dalam kamar. Mia yang baru saja meneguk minuman itu hampir tersedak karena Nick berteriak terlampau keras dan mengejutkannya.
"Ya, aku segera kesana." Mia meremukkan botol minuman itu dan menatap sirkuit yang tidak jauh dari pandangannya. Senyum kecil tercipta di bibir Mia.
"Siapa yang menelepon?" tanya Mia membuang botol yang ia remukkan di tempat sampah yang disediakan.
"Entah. Aku belum melihatnya. Susan jauh lebih menarik. Hmmm," balas Nick tanpa menoleh masih setia menggelitiki Susan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)
FanfictionDua orang yang dipertemukan entah karena nasib atau perasaan. Mia dan Marc adalah dua orang pemimpi besar yang dipertemukan secara tidak sengaja. Akan tetapi Mia tersesat ke dalam perjalanan perasaan yang tidak bisa ia tebak. *Setiap part sedikit, j...