Ever Since New Year #74

706 67 19
                                    

Perhatian!

Bagi yang belum baca part sebelumnya, silahkan baca karena saling berhubungan sebab-akibat.

Mia berjalan menundukkan kepalanya. Entah ia melangkah kemana. Ia hanya mengikuti insting kata hatinya. Ia berusaha keras untuk membuang pikiran tentang kembali ke rumah, dan Nick, maupun panggilan yang datang tadi.

Dengan pakaian kaus biasa dan celana jeans saja, Mia merasa dingin. Di pinggir trotoar dengan bertemani lampu temaram yang menyibakkan cahaya ke segala penjuru jalanan. Beberapa kendaraan memang beberapa kali melintas yang membuat silau mata indah Mia.

Entah ia sudah berjalan berapa lama dan berapa jauh. Ia hanya mengingat handphone yang selalu ia bawa kemana-mana. Untung sebelum ia mandi, ponselnya itu sudah ia isi ulang daya.

Mia menarik nafas, ia sudah berjanji tidak akan mengulangi kejadian yang sama empat tahun lalu. Menangis dan hanya meminta belas kasih seseorang. Mia mandiri sekarang. Ia tidak mungkin mengubah namanya menjadi Mia Hoult. Ia akan tetap menjadi Mia Stone.

Mia menilik ponselnya, tidak ada panggilan ataupun sekedar pesan singkat. Marc, apa kau lupa? Sedang apa kau?

Mia ingin sekali menelepon, tetapi dalam keadaan seperti ini hanya akan membuat Marc khawatir saja. Mia merasa kakinya lelah dan pegal. Apalagi semenjak dari bandara, ia belum juga beristirahat.

Ia melihat sekeliling, ia sudah berada di pusat kota. Keramaian masih ada, tetapi sayangnya ketika ia tiba di restoran favoritnya itu untuk melepas stres, pintu nya tertutup rapat dengan menampilkan deretan huruf pertanda bahwa pelanggan tidak bisa masuk ke dalamnya.

Mungkin restoran seafood ini sudah kehabisan stok untuk hari ini karena yang ia tahu, orang-orang suka makan disini, ataupun hanya untuk menghabiskan waktu mencari wifi gratis.

Mia duduk tepat di anak tangga kedua dari pintu masuk restoran itu. Ia menselonjorkan kaki-kakinya dan memijatnya pelan. Ia mendengus. Betapa lelahnya dirinya hari itu.

Tiba-tiba nada dering khusus itu berbunyi. Tanpa perlu menunggu, Mia menggeser ikon jawab dan berteriak sesukanya.

"Marc, darimana saja kau? Aku sudah menunggumu menelepon tahu! Aku khawatir kau ada apa-apa disana!" teriak Mia marah.

Marc di seberang harus menjauhkan handphone-nya itu beberapa senti karena teriakan Mia sudah mirip emak-emak saja.

"Aku baru membeli credit tadi. Meneleponmu mahal sekali tahu! Jadi aku membeli paket roaming," balas Marc dengan wajah polos. "Kau merindukanku ya?"

Marc tersenyum mengerucutkan bibirnya merasa malu karena dirindukan seseorang. Mia menepuk jidatnya, Marc kan orangnya over pede, ia tidak ingin bermain bunga agar laki-laki itu tidak besar kepala nantinya.

"Ah kau ini. Bodo amat!" seru Mia memajukan bibirnya.

"Sedang dimana kau? Ramai sekali sepertinya. Kau sedang di jalan malam-malam seperi itu?" tanya Marc yang mendengar banyak bunyi klakson dan deru mobil bersahutan.

Marc tidak mengerti jika Mia baru saja bertengkar dengan Nick. Tetapi hey, Mia sempat lupa akan kejadian tadi sesaat. Mia tertawa mengetahuinya.

"Loh, kenapa kau malah tertawa?" Marc menggeser tubuhnya menghadap ke kiri sekarang. Rasa rindu membuat Marc untuk pertama kalinya mengalami insomnia.

"Tidak apa-apa. Ternyata aku masih bisa waras juga," balas Mia menggigit bibir bawahnya. Marc memang menjadi penyelamatnya, seperti halnya Maverick dulu.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang