Paris #66

839 70 19
                                    

"Marc, kemana kita?" tanya Mia mengeraskan suaranya karena jalanan kota Paris yang ramai. Suara kendaraan yang malang melintang membuat Mia harus sedikit berusaha ekstra.

Ia masih memperhatikan tangan kirinya yang sedang Marc tarik. Terdapat satu cincin indah disana yang melingkar di jari manis, tetapi aura dan karisma Marc membuyarkan semua akal sehatnya tentang siapa dirinya kini.

Marc menggenggam erat tangan itu dengan sepenuh hati. Marc sebenarnya tidak tahu kemana arah jalan setapak ini akan membawanya. Tetapi, yang ia tahu menara Eiffel sudah berada di depan mata.

Mereka berhenti dan saling bertatap muka dengan wajah yang kelelahan. Keringat mulai mengucur di kening Marc. Mia memegangi lututnya berusaha mengontrol detak jantung dan nafasnya yang saling beradu.

"Ide untuk lari seperti kita pertama kali bertemu adalah hal yang buruk. Untung aku hanya memakai sepatu slip dan tidak memakai heels," ucap Mia tidak jelas namun Marc masih dapat mendengarnya.

"Memangnya kenapa kalau memakai heels? Kau akan melemparkannya padaku?" Marc terkekeh mengingat itu semua.

Ia mendongakkan kepala melihat betapa tingginya menara Eiffel diatasnya. Mungkin ada berjuta-juta tangga yang dapat mereka tapaki jika mereka mau. Mia yang melihat Marc mendongakkan kepala, berpikiran sesuatu. Pasti anak ini sedang memikirkan hal gila.

"Jangan mencoba-coba untuk berlari menaiki tangga gila ini," tebak Mia pada pikiran Marc.

"Who knows?" Marc menaikkan kedua bahunya dan tersenyum mencurigakan.

Mia memutar bola matanya dan menghembuskan nafas. Dirinya mulai berbalik dan berjalan menjauh. Marc terkejut dengan respon Mia. Ada apa? Ada yang salah?

"Hey Mia, kenapa kembali? Ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Marc mensejajarkan langkah dan memutar balikkan badan kecil mungil itu menghadapnya.

Mia terlonjak kaget dengan perlakuan yang Marc lakukan padanya. Tubuhnya berputar karena lengan kekar Marc dan menabrak tubuhnya cukup keras. Bahkan wajahnya hampir saja menabrak wajah Marc. Mia membelalakkan matanya tak percaya.

"Ak-Aku lelah. Aku tidak ingin menaiki tangga seperti yang ada dalam pikiran gilamu." Mia terbujur kaku berdiri dekat sekali dengan Marc.

"Kalau begitu ayo naik lift. Jangan seperti orang susah." Marc berjalan memasuki lift meninggalkan Mia yang masih berdiri kaku. 

Marc tidak lagi menyeret gadis itu, ia merasa canggung karena Mia yang sekarang memang rada baperan. Merasa Mia tidak mengikutinya walau Marc sudah memasuki lift khusus pengunjung itu, Marc menengadahkan kedua tangannya bertanya-tanya.

"Kau tidak ingin masuk?"

Dengan langkah yang diseret dan bibir monyong, Mia pasrah. Lagipula ia juga penasaran bagaimana pemandangan kota Paris jika dilihat dari menara Eiffel. Meskipun dirinya tahu ia mengidap Acrophobia.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam lift berwarna silver itu, Mia menoleh kanan dan kirinya, tidak banyak pengunjung yang datang di hari Rabu seperti ini.

"Kau berubah sekarang," celetuk Marc sedikit berbisik karena tidak hanya mereka berdua yang ada di dalam lift tersebut.

"Sejatinya manusia pasti akan berubah. Waktu dan pengalaman yang mengubah itu semua. Tidak ada hal yang lain," balas Mia mentautkan kedua jarinya ke depan tanpa menoleh pada Marc yang menyender dinding lift disampingnya.

"Tapi aku berubah karenamu." 

Deg! Perkataan Marc bagaikan mantra. Mia tidak bisa menahan senyum kecil yang tercetak di wajahnya. Tidak ada lagi jawaban dari mulutnya.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang