Don't You Remember #60

716 71 18
                                    

Beberapa jam yang lalu.

"Susan, kau haus? Hmm?" tanya Mia membenarkan baju gadis kecil itu yang merot kesana merot kesini.

"Akan kubelikan minuman. Kau mau apa?"

"Susu murni nasional," balasnya polos. Mia terkekeh, bisa juga ia menjawab.

"Oke. Kita mampir ke supermarket itu." Mia berjalan mantap memasuki supermarket kecil itu.

Bunyi lonceng terdengar ketika Mia membuka pintu dua arah tersebut. Sepanjang mata memandang, hanya makanan kecil dan seorang penjaga yang sedang duduk mendengarkan musik, terlihat dari bagaimana headset putih melingkar di sepanjang kepalanya dan iPod yang ada di genggamannya.

Televisi yang menyala menampilkan sebuah berita siang pun dibiarkan begitu saja. Sepi tidak ada pengunjung. Mungkin kebanyakan sudah bersiap siaga di dalam tribun grandstand penonton sirkuit.

Mia membuka lemari es yang mirip etalase itu, hawa dingin yang terpancar keluar membuat Mia bersyukur untuk beberapa saat. Tidak pernah terpikirkan jika Texas akan se-panas ini di musim semi.

"Tidak ada susu murni nasional, Susan. Kau ingin yang lainnya?" tanya Mia menunjuk satu per satu minuman dingin yang ada di dalam sana.

"Aku ingin Sari Susu, Mommy." Mia mendelik heran padanya. Emang ada ya?

"Oke, terserah kau." Mia tau tidak ada produk bernama Sari Susu. Ia mengambilkan satu botol minuman yang ramah untuk perut anak kecil, yaitu Susu Ibu dalam kemasan.

Segera setelah menutup pintu lemari es tersebut, Mia mencomot beberapa snack dan makanan lalu menghampiri sang penjaga. Ia mengeluarkan satu kartu kredit dari dompetnya.

Sang penjaga yang menyadari akan kehadiran pelanggannya mendekat, lalu melepas headset-nya dan berdiri memandangnya ramah. Tetapi tatapan ramah yang akan ia lontarkan tersebut berbuah keterkejutan.

Ia mengucek matanya sebentar dan membelalakkan tajam memfokuskan pandangan. Mia yang melihat itu pun sudah terbiasa. Semua orang tahu namanya.

"Hay, berapa harga semua ini?" Mia meletakkan semua barang yang baru ia ambil di atas meja kasir.

"Y-ya, se-sebentar. Akan ku hi-hitung semuanya," balasnya tanpa berhenti memandangi Mia yang sedang menggendong sebuah anak kecil.

Mia ingin sekali tertawa melihat gelagat sang kasir, dengan tangan gemetar dan sesekali melirik padanya, pria itu sampai melewatkan beberapa barang yang ia scan pada mesin komputer di depannya.

"Sir, you miss them," Mia menunjuk satu per satu barang yang terlewatkan untuk di pindai. Pria kasir pun mengangguk menelan ludahnya.

Sembari menunggu, tidak ada salahnya Mia mengajari Susan untuk berbicara lagi. Sesekali ia menggelitik tubuh kecil itu yang berhasil membuatnya menggeliat tak karuan. Bahkan Mia sampai tidak sadar jika ada pelanggan lain yang sedang mengantri disampingnya.

Mama Roser melihat barang orang disebelahnya yang sedang di hitung oleh kasir tersebut. Banyak sekali sepertinya akan habis tiga kantung plastik. Lama sekali Mama Roser menunggu barang-barang wanita disampingnya yang sedang di hitung.

"Ini dia nyo-nyonya, semuanya habis tiga puluh dua dolar."

Mama Roser mentautkan kedua alisnya. Wanita ini membeli apa saja sih sampai habis se-begitu banyaknya? Mama Roser menatap wajah wanita disampingnya. Yah, memang orang kaya. Terlihat dari bagaimana wanita itu berpakaian. Terlihat sangat cantik dan anggun walau hanya mengenakan kaus biasa.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang