Our First Date As A Couple #19

1.1K 98 9
                                    

Mia dan Marc berjalan beriringan, hanya diam yang terjadi. Mia lebih asyik untuk memandangi kota Madrid di siang hari walaupun langit tidak secerah yang di bayangkan. Merasa tidak ada hal manis untuk ber-romantis berdua, Marc meraih tangan Mia dan memasukkan jari-jarinya ke sela-sela jari Mia.

Mia terkejut mendapatinya dan memperhatikan tangan itu. Ya Gusti, sarang laba-laba sudah tidak bisa menghinggapi tanganku lagi, batinnya.

"Kau terlihat cantik hari ini," puji Marc tersenyum. Mia terkekeh pelan dan mempererat pegangannya. Mia tidak lagi merasa canggung hanya untuk menempel pada Marc.

"Jika kau sekarang berada di London, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Marc iseng-iseng berhadiah.

"Tentu saja aku bekerja."

"Kau bekerja? Wah, apa pekerjaanmu? Menjadi model?" Merasa ada sesuatu yang salah pada ucapannya, Mia merutuk dalam hati. Ah kenapa sih dia tidak berbohong saja?

"Aku ... bekerja sebagai asisten." Marc mengangguk mengerti. Hasrat hati ingin menanyakan lebih jauh, tetapi ketika melihat Mia merubah arah pandangannya dan nada bicara, Marc mengurungkan niatnya.

"Berapa mantanmu?" Tanya Mia tiba-tiba. Akhirnya ia ingat kembali apa pertanyaan yang sangat ingin ia lontarkan pada Marc. Yang ditanya menoleh cepat dan mentautkan kedua alisnya yang tebal.

"Kenapa kau bertanya tentang mantanku? Yang lalu sudahlah berlalu. Tidak ada yang perlu diingat kembali. Sama saja seperti kau kembali meminum racun yang sudah kau tahu itu bisa membunuhmu seketika," jelas Marc panjang lebar karena ia bukanlah tipikal pria yang suka bernostalgia.

"Oh atau kau ternyata gay ya?" goda Mia asal.

"Tidak. Dengan siapa aku bisa ber-gay ria?"

"Bagaimana dengan Jose? Dia sepertinya sangat perhatian denganmu seperti pacar saja."

"Tidak. Dia hanya teman baikku."

"Oh mantanmu pasti cantik, ya?" Mia menunjuk hidung Marc dengan telunjuknya. Marc berusaha mengabaikan Mia.

"Laia Farran Campabadal. Hmm, namanya saja cantik apalagi orangnya ya?"

"Kalau sudah tahu kenapa bertanya? Ternyata selama ini kau yang menguntitku, sudah kuduga, hah," Marc menghembuskan nafas bernada sarkas.

"Kenapa kau memutuskan hubungan dengannya? Dia sepertinya baik, pintar, dan cantik," hayal Mia.

"Aku ingin fokus mengejar karirku. Aku tidak ingin satu hal pun yang bisa menggangguku dalam balapan dan mengejar kejuaraan dunia. Itu saja."

"Itu saja? Kau tidak ingin memikirkan perasaan gadis itu?" Mia yang sedari tadi menempel di tubuh Marc kini mulai melepaskan diri. Marc yang menyadari hal itu pun sampai menghentikan langkahnya dan menatap Mia.

"Kenapa? Dia pun tidak keberatan." Jawaban Marc terlalu enteng untuk menuntaskan rasa penasaran Mia.

"Tentu saja Laia terus diam, Marc. Dia sebagai wanita tidak bisa apa-apa. Kau yang menyatakan perasaan dan kau juga yang mengakhirinya?"

"Kenapa kau membela dia?" Tanya Marc melindungi diri.

"Aku percaya dia diam karena dia mencintaimu. Sangat mencintaimu. Seseorang berada dalam tahap cinta mati jika mereka sampai rela melakukan apapun untuk orang yang sangat dicintainya. Aku pernah mengatakan pada satu orang, bahwa diluar sana seseorang masih berusaha melupakanmu dengan kesanggupannya yang nyaris tak ada." Mia melepaskan genggaman tangannya.

"Tapi aku dan Laia tidak ada interaksi selama hampir tujuh tahun. Aku yakin waktu akan menghapus semua kenangan. Bahkan sepertinya dia akan membenciku."

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang