Send My Love #18

1.1K 91 26
                                    

Suara Adele yang berteriak pada lagu 'Send My Love' menggema di seluruh sudut mobil Marc. Mia melepas sepatunya lalu mengangkat kakinya ke atas dan meringkukkan badannya menghadap kanan dimana sang pengemudi, mas jomblo yang baru saja melepas kejombloannya, sedang berkonsentrasi untuk menyetir.

Mia tak henti-hentinya menatap Marc. Entah mengapa sejak kejadian tadi siang, ia melihat diri Marc lebih tampan dari sebelumnya. Ia menahan tawanya ketika Marc mulai menggumam pada bagian reff lagu dan mengetuk-ketukkan jari pada stir mobil.

"Kau tahu aku senang bisa menjadi pacar musisi," celetuk Mia mengingatkan Marc, dengan maksud terselubung agar Marc bernyanyi dengan keras dihadapannya.

"Harus ya aku menyanyi lagu ini keras-keras? Aku baru saja mendengar lagu ini barusan," Marc membuat alasan yang cukup signifikan kali ini.

"Oh, jadi kau tidak hafal? Tidak ingin menyanyi ya? Baiklah kalau begitu." Mia membalikkan tubuhnya dan membelakangi Marc namun dengan posisi yang sama. Dari balik itu, Mia cekikikan. Bagaimanapun, ia ingin mengetahui seberapa serius Marc dengan dirinya.

Marc berpikir matang-matang, tidak mungkin dengan suaranya ia bisa bernyanyi tanpa mendapat lemparan panci gosong dari emak-emak. Yah, tapi apa mau dikata? Dia kan bernyanyi di depan pacarnya sendiri.

"Aku tidak bisa bernyanyi keras. Suaraku terdengar bagus jika aku bernyanyi pelan dan lirih."

Mia tersenyum dan bergerak untuk duduk di pangkuan Marc yang berada di balik kemudi mobil BMW Marc. Ia terlalu nekat sampai Marc harus menurunkan kecepatan. Walau begitu, secara ajaib tubuh Mia tidak mengganggu aktivitas mengemudi Marc.

"Apa yang kau lakukan, eh tukang tidur? Aku sedang menyetir."

"Kalau kau tidak ingin bernyanyi keras, bernyanyilah dengan pelan. Aku mendekatimu agar bisa mendengarnya." Mia mempersiapkan telinganya bersiap-siap mendengar pacar barunya itu menyanyi.

"Send my love to your new lover, treat her better. We've got to let go all of our ghosts. We both know we ain't kids no more." Mia terkekeh mendengarnya.

Marc tiba-tiba menjitak kepala Mia. Sudah berjuang keras ia menstabilkan dan membagus-baguskan suaranya, eh malah ditertawakan. Mentang-mentang Mia sendiri bagus dalam hal bernyanyi.

"Marc?" panggil Mia yang kini mengeratkan tangannya pada tubuh Marc. Yang dipanggil hanya bisa bergumam berkonsentrasi karena traffic lalu lintas yang lebih padat dari sebelumnya.

"Kenapa sekarang aku selalu ingin mencium mu ya?" Marc merasa wajahnya panas sekarang. Entah wajahnya berubah merah atau tidak.

"Lalu, bagaimana denganku yang setiap melihatmu ingin mencium bibirmu yang kenyot-able?" Mia tersenyum nakal.

"Can I kiss you now?" tanya Marc memelankan mobilnya.

"No. You are driving, dasar pembalap mesum!'

***

Marc membaca setiap baris kalimat yang ia ketik sebelum ia kirim pada Mia. Ia tersenyum sendiri mengerti akan hal itu. Hmm, bahagianya pacar baru. Tak lupa ia kembali memasukkan sesuap makanan ke mulutnya. Dan tersenyum lagi.

Alex, Mama Roser dan Papa Julia terheran melihat tingkah anaknya yang sudah berumur dua puluh tiga tahun itu mirip abg tua. Mereka bertiga saling pandang mengetahui apa hal yang menimpa Marc. Memang sih Marc sedang menatap handphone-nya, itu adalah kebiasaan Marc. Tetapi, di meja makan dan bunyi handphone-nya yang tidak berhenti setiap detik membuat semua nya curiga.

"Kau tidak apa-apa, Marc?" tanya Mama Roser menundukkan kepala melihat ekspresi Marc. Khawatir jika kepala anaknya itu terantuk aspal sirkuit siang tadi.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang