Love Drought #47

791 72 12
                                    

Mulut manis Mia berhenti bercerita. Bibir manis itu berhenti bergetar mengikuti setiap suara yang keluar dari kerongkongan. Namun, Marc masih terpaku pada keadannya sendiri. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Itu saja. Aku sepertinya harus segera pergi, Marc," celetuk Mia setelah diam beberapa saat karena dirinya menunggu apa respon dari Marc.

Namun nihil, hanya kecewa yang tersirat di hati Mia. Karena sebelumnya, ia berharap jika pria itu bisa memikirkan akal sehat dan egonya sebentar lalu memikirkan satu hal yang disebut perasaan.

"Kau akan kembali lagi?" satu kalimat tanya yang membuat Mia menghentikan aksinya untuk berbalik dan melangkah pergi. Ia kembali menoleh menatap Marc dengan nanar.

"Suatu saat, pasti kita akan bertemu lagi. It's just a matter of time," balas Mia. Marc mendengarkannya sampai bibirnya tak terkatup. "Sampai waktu itu, aku yakin kau pasti menjadi pembalap hebat. Kau akan menjadi legenda baru dalam MotoGP seperti ucapan Jose."

Mia kembali melangkah keluar. Tunggu, jadi Mia tidak akan kembali lagi? Marc harus melakukan sesuatu sebelum Mia benar-benar berpendar dari kilatan jangkauan matanya memandang. Berpikir Marc, kau harus melakukan sesuatu!

"Aku akan mengantarmu," seru Marc beranjak mendekati Mia.

"Ha? Oh tidak, temanku sudah menungguku di depan. Cervera-Madrid bukanlah jarak yang main-main. Kau sebaiknya beristirahat."

Mia menutup pintu depan rumah besar tersebut dan segera mengambil handphone-nya untuk memberitahu Maverick. Duh, pasti pria itu sudah menunggunya lama. Ya gimana lagi, ini terakhir kalinya ia bertemu keluarga spanyol pertama yang ia kenal.

Mave, aku sedang berjalan lima belas meter dari gerbang rumah. Kau bisa menjemputku sekarang?

Tidak butuh waktu lama, sebuah dering bunyi balasan pesan Mia masuk ke handphone-nya. Sepertinya Maverick benar-benar sudah siaga akan dirinya.

Mia berjalan sendirian di dalam kegelapan yang hanya diterangi cahaya lampu jalanan yang temaram. Memang Cervera adalah kota kecil.

Senyum Mia tercipta ketika matanya menemukan sesosok pria dengan alis indah dan kumis tipis di wajahnya. Mia mentautkan kedua alisnya tatkala melihat rambut Maverick yang acak-acakan.

"Hay," sapa Maverick tersenyum memasukkan handphone-nya ke dalam saku celana jeans-nya.

"Hay, maaf sudah membuatmu menunggu lama."

***

"Marc? Apa kau tidak mengantarkan Mia?" semprot Mama Roser ketika Marc mengambil sebotol minuman dingin dari dalam kulkas.

"Dia menolak. Dia sudah bilang jika ada temannya yang sudah menjemputnya," balas Marc sesaat setelah selesai meminum air mineral botol tersebut.

"Kejarlah. Beri dia pelukan hangat perpisahan. Kau tahu, dia tidak akan kembali lagi bukan?"

Marc terdiam mencermati kata-kata ibunya tersebut. Ingin sekali Marc melakukan hal itu, tetapi di dalam hatinya ia merasa bersalah pada Mia. Ia tidak bisa berterus terang.

Ah masa bodoh. Marc melemparkan senyum pada ibunya dan berlari keluar tanpa membuang botol air mineral tersebut ke dalam tempat sampah. Secepat kilat ia berlari keluar dari rumah dan mencari sosok Mia. Bagaimanapun juga, Marc telah melalui waktu yang indah bersamanya.

"Kenapa dia, Mom?" tanya Alex meraih botol minuman setengah habis yang berdiri di atas meja pantry dapur dan meminumnya.

"Biasa. Menjemput sang kekasih," balas Mama Roser mengelapi piring-piring yang selesai Mia cuci beberapa menit lalu. "Loh itu kan minuman yang Marc minum tadi."

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang