You Are My Everything #48

917 67 37
                                    

Maverick tidak berani membuka percakapan saat ini. Mia terus saja melemparkan pandangannya keluar jendela tanpa sesekali menatap ke depan ataupun ke arahnya. Tangan kirinya yang bersender pada daun jendela masih saja setia memegangi kepalanya, entah mungkin pening yang ia rasakan.

Jujur, di dalam hati Maverick, ia mempertanyakan pernyataan Mia jika ia dan dirinya mempunyai hubungan khusus tadi.

Maverick dapat merasakan ritme nafas dan degup jantung Mia mulai konstan dengan ritme tenang. Kini mereka kembali memasuki kota Madrid. Menyadari hal tersebut, Mia menghembuskan nafas berat dan menoleh pada Maverick.

"Apa kita sudah sampai?" tanya Mia dengan suara serak.

"Ya ya kita sudah sampai," balas Maverick dengan cepat. Mia melihat gerak-gerik Maverick sangat kaku dan tidak seperti biasa. Apa kejadian tadi mengubah sikapnya secepat ini? Apakah pernyataan untuk meloloskan diri dari Marc dengan mengatakan jika Maverick dan ia berpacaran kini membuat Maverick merasa tidak nyaman?

Mia sontak tertawa sembari menepuk pahanya karena saking lucunya. Maverick terkejut dengan hal tersebut, ia baru pertama kali ini menemui suara tertawaan se-aneh itu.

"K-kau tertawa?" tanya Maverick melemparkan pandangan ketakutan. Jangan-jangan Mia kesurupan setan dari GSJ.

"Kenapa? Tidak boleh? Aku juga manusia tahu."

"Karena suara tertawaanmu itu menakutkan tahu! Kau tidak biasa tertawa seperti itu," jelas Maverick. Mia menghentikan suara tawa kunti nya dan meraih jari-jemari Maverick yang berada di atas persneling mobil.

Maverick sesekali menunduk memandangi tangannya yang dibalut lembut tangan Mia. Benaknya bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi di antara mereka?

"Tolong, jangan membuatku bertanya-tanya tentang kita." Maverick tetap fokus pada jalanan yang ada di depan.

"Aku takut setelah Marc, aku takut akan hubungan kita nanti jika kita tetap bermesraan seperti ini." Mia meneguk ludahnya dan menunduk.

"Aku tidak pernah memaksamu, ingat? Aku selalu senang mempunyai waktu denganmu walaupun itu hanya sekejap seperti kau membalikkan telapak tanganmu." Mia tertohok dengan jawaban Maverick. Ia tersenyum simpul dan mengeratkan genggaman tangannya.

"Kau pasti akan menjadi suami yang baik suatu saat." Maverick senang, setidaknya ia bisa menorehkan lengkungan senyum di wajah yang bermuram durja itu.

"Ayo, kita menikah," seru Maverick menatap Mia dengan antusias dan heboh. Mia membelalakkan matanya dan tersenyum menampilkan deretan gigi-giginya yang rapi. Mereka tertawa sepanjang malam itu.

***

Marc berjalan gontai memasuki rumahnya. Entah apa yang menjadi penyebabnya, ia menjadi lemas lunglai. Baru kali ini dia merasakannya, padahal tubuh Marc sangat sehat dan fit. Sangat jarang ia menjadi lelah dan letih bahkan setelah olahraga berat sekalipun.

Hati Marc serasa seperti gendang yang dimainkan terus menerus tanpa henti. Ia merasa seperti ada beban yang sangat berat sedang bertengger di pundaknya.

Mama Roser yang sedang berdiri di ambang pintu dapur memandangnya dengan tatapan penuh tanya. Ia tahu, mata elang Marc yang biasa ia tunjukkan, seolah sirna dimakan kegelapan. Hanya sayu dan nanar yang terpancar.

"Aku sebaiknya pergi tidur cepat," ucap Marc kemhali berjalan menaiki tangga dengan setengah berlari.

Setelah sampai di kamarnya, ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Ia menatap langit-langit sembari mengenali perasaan hampa yang dirasakannya. Apakah ini yang dinamakan di dalam jatuh cinta yang hebat, tersimpan bakal patah hati yang dahsyat? Marc merasakannya.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang