Hard Decision #22

1.1K 80 20
                                    

Mia menghentak-hentakkan kakinya. Dilihat dari arloji di tangan kirinya, Mia menghitung sudah hampir satu jam mereka di atas sana. Banyak orang yang saling menjelungupkan kepalanya keluar jendela dan berteriak, mencari kejelasan terhadap bianglala raksasa yang macet ini.

Tetapi, Mia masih mencengkram lengan Marc dan ia senderkan kepalanya ke pundak Marc. Bersama Marc, kini ia lebih berani untuk menatap jauh ke depan. Banyak pemandangan malam hari yang cantik seperti yang sedang ia lihat kini. Mulut Marc tidak berhenti mengoceh dan menjadi tour guide menceritakan denah-denah kota wisata Madrid.

"Aku tidak tahu aku harus melakukan apa di London selama tidak ada kau, Marc," ucap Mia setelah terjadi hening yang cukup panjang. Ah jangan, Marc sedang tidak ingin membahas kepulangan Mia ke London selama natal besok.

"Aku sedang tidak ingin membahas hal itu. Aku ingin menikmati malamku bersamamu sekarang," balas Marc menatap lurus ke depan.

"Hmm ... Rindu tak menetap, ia hanya menjenguk. Agar selalu kembali," kuat Mia pada Marc.

"Bagaimana jika kau merayakan natal bersama keluargaku? Kau telepon kembali ayah ibumu dan kau bisa belajar budaya orang-orang spanyol ketika hari natal tiba. Kau juga bisa mengajak keluargamu datang," tawar Marc.

"Aku akan selalu mencintaimu, Marc. I'm always gonna love you." Jawaban Mia membuat Marc mengerti. Memang ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa dipaksakan.

"Aku juga akan selalu mencintaimu, Mia. Selalu." Marc mengusap-usapkan rambutnya ke kepala Mia.

Wangi parfum Marc membuat Mia kecanduan. Ia seakan-akan tidak bisa berpisah dengan Marc sedetik pun. Mata Mia menangkap sebuah boneka beruang yang ia dapat. Boneka itu sedang duduk dan menatap kemesraan mereka berdua.

"Marc?" panggil Mia. Yang dipanggil hanya menggumam.

"Bagaimana jika beruang itu anak kita? Saat dia melihat kita bermesraan seperti ini, apakah dia akan merasa cemburu?" pertanyaan Mia menggugah hasrat Marc untuk menjawab.

"Jika anak kita perempuan, tentu saja dia akan cemburu. Ayahnya kan tampan." Mia terkekeh menghina, "Tetapi kalau laki-laki, sepertinya dia akan iri denganku karena sedang memeluk wanita tercantik di dunia ini."

Mia menyembunyikan wajahnya, karena tidak ingin Marc melihat sebuah wajah yang tidak jauh beda dengan kepiting rebus. Merah merona dan panas karena malu.

"Aku menyukai wangimu. Sepertinya aku harus mencuri parfum seseorang malam ini agar kepulanganku ke London bisa tenang dan akan selalu memikirkan seseorang." Mia mengusel-usel tubuh Marc. Marc tertawa geli karenanya.

"Sekarang kau yang berperilaku jorok. Apa kau tidak malu dilihat anak kita?" jawab Marc yang langsung ditanggapi Mia dengan menjauh. Sepertinya mereka sudah gila karena mengidentikkan boneka beruang dengan anak manusia.

Marc mengunci tengkuk Mia dengan lengan kirinya. Sedangkan tangan kanannya jahil memonyongkan bibir seksi itu. Mia hanya bisa pasrah, lagipula enak kok bibir di monyongin sama pacar. Belum pernah ya? Dasar jomblo!

Saat wajah Mia mendekat untuk mencium bibir Marc, bianglala itu bergerak kembali dan membuat mereka terlonjak kaget. Mia sontak kembali mencengkram lengan Marc dan memejamkan mata. Ah memang suasana sedang tidak mendukung.

***

Mia berjalan celingak-celinguk sembari membawa kopernya. Tentu saja ia mencari seseorang di antara banyaknya kerumunan di bandara Madrid.

Hingga matanya menangkap satu orang yang tingginya tidak jauh beda dengannya. Pria itu memakai celana jeans, jaket abu-abu, sepatu sport trendy dan memakai topi pemberian Mia kemarin malam. Lambaian tangan seakan sebagai pertanda. Tanpa menunggu, Mia berlari dan hinggap memeluk Marc sangat erat.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang