Lost Stars #56

781 78 21
                                    

Perhatian berbahaya!

Part yang akan Anda baca berpotensi membuat Anda tidak nyenyak tidur dan dirundung rasa penasaran yang berkelanjutan :'


Mia kecil berusaha melambatkan langkah kakinya yang terseret ayahnya. Ia menoleh ke belakang terus menerus mengamati Marc yang sedang memegang lollipop hasil pemberiannya. Sama saja, ukuran lollipop tersebut lebih besar dari kepala Marc sendiri.

Mia akan terus mengingatnya, anak laki-laki seumuran dengannya bernama Marc. Tapi tunggu, Marc siapa ya?

Mia memukul-mukul kecil tangan ayahnya yang memegang keras pergelangan tangannya. Baru kali ini ayahnya itu begitu khawatir dan takut sampai membuat pergelangan tangannya tersiksa. Pantas saja, karena ini adalah liburan ke luar negeri pertama keluarga Stone, menghirup udara segar selain kota London.

Tidak ada harapan, cengkraman tangan ayahnya pada tangan mungilnya tidak dapat diganggu gugat. Walau terseret-seret, Mia kecil bersikukuh menoleh ke belakang dan tersenyum manis pada Marc.

Mia melambaikan tangan pada Marc. Dengan senang hati, Marc tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang belum rapi dan membalas lambaian tangan Mia walau sibuk memegang lollipop di tangannya.

Marc kecil merasa senang, meski hanya juara dua. Tetapi ada yang memberinya lollipop gratis. Oke, mulai saat itu, Marc menganggap gadis bule yang ia temui adalah fans pertamanya. Tapi, Marc bahkan belum tahu nama gadis bule itu.

"Mia, kau ini membuat jantungku hampir copot. Apa kau tidak takut tersesat dan hilang? Ayah sangat mengkhawatirkanmu," ucap ayahnya berjongkok meluruskan pandang pada Mia kecil. 

Meski masih berumur lima tahun, Mia merasakan tatapan nanar dan khawatir pada sorot mata ayahnya. Ah tidak ada yang menyayanginya seperti ayahnya sekarang ini.

"Aku hanya ingin bertemu dengannya. Dia sangat hebat," balas Mia tidak jelas karena gigi ompongnya membuat suara berdesis karena angin yang keluar bersamaan dengan kata-kata.

"Kau juga pasti bisa menjadi hebat. Dia baru seumuran denganmu tapi dia bisa menggapai cita-citanya. Aku bertanya padamu, apa cita-citamu?" kini ayahnya itu duduk dihadapannya tanpa alas apapun di tengah tanah parkir yang lapang. 

Mungkin orang-orang yang menonton sudah kembali pulang. Terlihat dari bagaimana mobil dan kendaraan lainnya sudah meninggalkan kandangnya dan mulai sepi sunyi.

"Aku—" Mia berpikir sembari menatap inci wajah ayahnya yang tersenyum dengan mata abu-abunya, "—Ingin menjadi aktris dan penyanyi yang hebat."

Andrew, ayahnya bertepuk tangan dan menjerit kecil. Membuat Mia kecil ikut bahagia. Tingkah laku ayahnya selanjutnya membuat Mia kecil mentautkan kedua alisnya.

Sebuah pita berwarna pink keluar dari balik jaket ayahnya. Mata Mia berbinar-binar ketika melihatnya. Pitanya sungguh indah dengan motif bintang dan bulan disana. Mia sangat menginginkan pita itu.

"Mia menginginkannya," seru Mia menyerobot. Tetapi usahanya gagal karena dengan sigap ayahnya itu menarik kembali.

"Tunggu dulu, ada satu syarat sebelum kau bisa memilikinya."

"What is that, Daddy?" Mata Mia memancarkan sinar memelas. Bagaimana bisa anak umur lima tahun mengerti sebuah syarat?

"Dengarkan, ketika kau mengejar impianmu nanti, selalu bawa pita ini kemanapun kau pergi bahkan saat kau tidur. Kau akan terus ingat, bahwa kau pasti bisa mendapatkan semua yang kau inginkan. Selama pita ini bersamamu, yakinlah bahwa kau pasti mendapatkannya."

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang