My Fiancée ❤ #84

1.3K 82 30
                                    

Perhatian!

Bacalah chapter sebelumnya jika belum, karena part dibawah akan saling berhubungan dengan part sebelumnya dan sesudahnya ^^

Marc terbangun dengan Mia masih tertidur di lengan kekarnya. Marc menggerakkan tangannya mengelus lembut rambut itu. Jadi, seperti ini ya rasanya terbangun di pagi hari bersama orang yang dicintai.

Terlihat dari wajah Mia, gadis itu tidur terlelap dan nyenyak sekali. Nafasnya konstan dengan ritme tetap. Wajahnya teduh dan sayu. Siapapun pasti setuju dengan Marc, jika melihat Mia sekarang ini pasti akan ikut merasa damai.

Terdengar bunyi dering jam weker tiba-tiba. Dengan secepat kilat Marc mematikannya. Ia tidak ingin membangunkan Mia. Eh, maksudnya tidak ingin kehilangan momen indah ini.

Marc menahan nafasnya ketika Mia bergerak. Ia bersyukur ketika Mia kembali tidur pulas dan semakin mengeratkan pelukannya.

Tetapi tidak ada waktu lagi, Marc harus segera melaksanakan sesuatu yang seharusnya ia lakukan sekarang. Sesuatu yang sudah sangat ia nantikan. Perlahan namun pasti, Marc melepas pelukan itu dan kembali menaikkan selimut sampai pundak Mia.

Dengan langkah jinjit, Marc keluar dari kamar dan membulatkan tujuan, yaitu memasakkan Mia sebuah sarapan. Dengan kesadaran yang belum pulih, Marc membuka almari es dan mencak-mencak setiap isi makanan yang ada.

Hanya beberapa telur dan susu. Juga daging sapi, sayuran brokoli, dan minuman alkohol. Marc mengira mungkin Mia tidak akan bertahan lama tinggal di perumahan California ini, jadi gadis itu tidak terlalu banyak membutuhkan bahan makanan.

Satu yang Marc syukuri. Terakhir kali ia ber-eksperimen memasak omelet telur yang diajarkan Mama Roser bersama Alex. Berlagak seperti chef terkenal, Marc mengambil teflon dan memanaskannya dengan margarin yang perlahan mulai meleleh karena panas.

Mia kembali terusik dengan bunyi jam weker yang memang sengaja ia setel untuk berbunyi dua kali. Biasa, Mia adalah tipikal manusia yang susah sekali dibangunkan. Ia menoleh sekitar, tidak ada siapa-siapa. Tapi, kenapa ia bisa tidur di kamar dengan selimut yang menutupinya?

Hal terakhir kali yang Mia ingat adalah dirinya ditinggalkan oleh Marc sendirian di pantai. Dia bahkan lupa telah berbicara apa pada pria itu. Jika Marc sampai meninggalkannya, pasti ada sesuatu hal yang tidak Mia sadari telah ia lakukan dan tentu membuat Marc marah.

Dengan langkah gontai, Mia keluar dari kamar dan mencari keberadaan pria itu. Bunyi ramai datang dari salah satu sudut ruangan. Tebakan Mia benar, dari arah dapur.

Mia yang tidak mengenakan alas kaki berjalan tanpa suara. Marc yang masih sibuk dengan kegiatannya tidak tahu jika Mia sedang menatapnya menyilangkan tangan.

"Chef Marc ternyata sedang memasak ya," celetuk Mia yang membuat Marc hampir terlonjak kaget.

Marc segera menutupi hasil makanan dibalik tubuhnya yang kurang satu sentuhan saja, pasti akan jadi. Oke, berpikir Marc. Jangan sampai gagal!

"Hey, kau sudah bangun?" tanya Marc dihiasi peluh di keningnya.

Mia mentautkan kedua alisnya menatapi ada sesuatu hal yang seperti disembunyikan oleh Marc. Ah sudahlah, Mia harus meminta maaf pada Marc. Ia tahu tindakan yang tidak disadarinya kemarin pasti membuat laki-laki itu tersinggung.

"Marc, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku sedang gila frustasi dan kau tahu—"

Ucapan Mia terpotong ketika ia mencoba berjalan mendekati Marc. Marc memutar tubuh Mia secepat kilat dan menggiringnya ke meja makan.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang