Almost Is Never Enough #80

865 72 21
                                    

Perhatian!

Sebelum membaca part dibawah, harap membaca part sebelumnya agar tidak mengalami kerancuan jalan cerita ^^

"Marc, kau tidak mengunci ruang kerjamu lagi?" seru Emilio sebelum Mia dan Marc menghilang dari pandangnya.

Selepas turun dari mobil terbuka yang mengangkut motor sial yang macet itu, Marc menarik tangan Mia tanpa pandang bulu. Marc berlari menyeret tangan putih mulus itu untuk memasuki ruang kerjanya.

Suara tertawaan tidak henti Mia serukan. Lelucon yang Marc ceritakan sejak perjalanan tadi membuatnya sakit perut karena tertawa.

"Ah ya, aku sering lupa. Terima kasih sudah menjemputku!" Marc melambaikan tangan sesekali dan berseru. Jarak posisi Marc dan Emilio yang terpaut cukup jauh membuatnya harus mengeraskan suara.

"Lain kali bawa handphone-mu. Jangan tinggalkan sembarangan!"

Mia mendengar itu. Satu fakta yang dapat menjadi buku catatan Mia, ternyata seringkali Marc meninggalkan handphone-nya. Tidak heran ternyata dulu Marc tidak pernah membalas setiap pesannya. Tapi, bukan itu yang menjadi keganjilan utama di pikiran Mia.

"Kau sering meninggalkan handphone-mu?" tanya Mia yang membuat Marc menghentikan lariannya.

"Kenapa? Aku jarang membukanya kecuali—" ucapan Marc terpotong ketika melihat cahaya lampu hidup dari ruang kerjanya.

Tumben sekali. Pasti ada orang. Nama seseorang telah terlintas di benak Marc, yang tidak lain tidak bukan adalah teman yang juga merangkap sebagai asistennya sendiri. Marc melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju pintu masuk.

"Kau tidak pernah membalas setiap pesan teks dariku."

Perkataan Mia yang berubah serius membuat Marc mengurungkan niatnya. Ia menoleh ke belakang dan memandang Mia penuh tanda tanya. Marc berpikir, selama ini Mia tidak pernah mengiriminya pesan teks apapun. Bahkan hanya untuk membuat panggilan. Marc bahkan sempat berpikir jika Mia terlalu marah dan tidak mempedulikan dirinya lagi.

"Aku tidak pernah sekalipun menerima pesan teks," jawab Marc mentautkan kedua alis tebalnya.

"Bahkan aku sudah mengirimimu e-mail dan direct message. Apa semua itu tidak pernah kau baca?"

Marc merasa ada yang ganjil. Setiap pesan dan telepon bahkan direct message dari teman dan fansnya selalu Marc baca. Tetapi tidak ada satu pun dari Mia. Apakah Mia sedang bercanda dengannya?

"Kau pasti bercanda."

Marc tidak ingin terlalu memikirkan percakapan itu. Ia tidak ingin berpikir yang tidak-tidak tentang Jose. Ya, selama ini yang menjaga dan mengutak-atik handphone Marc selain dirinya sendiri adalah Jose. Bahkan Mama Roser dan Alex pun tidak mengetahui apa passcode untuk membuka kunci handphone Marc.

Bunyi suara langkah kaki menaiki tangga besi dari sepatu Marc membuat Jose segera bangkit dari tidurannya. Dengan sigap ia membukakan pintu untuk temannya itu. Oke, Jose siap untuk menginterogasi Marc karena menghilang hampir selama dua jam.

"Marc dari mana saja kau?" Jose kembali membuka buku yang ia baca dan duduk ditepian tempat tidur.

Marc merasa Mia tidak kunjung datang dan mengekor dibelakangnya tadi. Mata Marc menyapu seluruh ruangan. Satu benda padat berwarna emas dengan perpaduan putih tergeletak di atas meja kerjanya, tepat disamping laptop yang sering Jose gunakan untuk bermain game.

Dengan sigap Marc mengecek setiap aplikasi sosial medianya. Jose merasa ada yang aneh dengan Marc, tidak biasanya temannya itu tidak menjawab pertanyaannya. Niat yang sudah dikumpulkan Jose untuk meneruskan buku bacaannya harus ia singkirkan.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang