Morning Phase #35

904 71 16
                                    

Hampir satu jam Mia mengerjap-ngerjapkan kedua pasang bola matanya. Dia menatap langit-langit kamar tersebut, yang ternyata Mama Roser telah menyulapnya menjadi seperti langit malam berbintang dengan taburan kertas-kertas yang menempel. Mia menoleh pada benda yang tergeletak di bawah pintu. Sebuah kertas berwarna kuning seperti note dengan tinta hitam di atasnya. Mia tidak tahu sejak kapan kertas itu diselipkan di bawah pintu.

Mia beranjak dari tidurnya dan membuka gorden. Hawa sejuk menerpanya ketika ia membuka jendela tersebut untuk menggantikan hawa di dalam kamar. Baru Mia sadari, pemandangan dari kamar tersebut langsung menuju sebuah danau kecil dimana banyak kolam ikan dan hamparan rumput.

Mia berjalan dan memungut kertas tersebut lalu membacanya. Tulisannya sangat rajin. Mungkin bisa jadi Alex ataupun Mama Roser. Tidak mungkin jika Papa Julia ataupun Marc.

To : Mia

Good morning darling, kami berangkat ke rumah ayah-ibu kami, juga sebagai kakek-nenek Alex. Kami tidak akan pulang sampai sore nanti. Maaf kami tidak sempat membuat sarapan untukmu dan Marc. Oh ya, Marc juga tidak ikut dengan kami. Jika kau lapar, ambillah sesuatu dari dalam kulkas. Maaf ya jika Marc meminta dibuatkan sarapan, dia selalu begitu. Kalau kau tidak keberatan, Marc akan sangat menyukai sarapan yang bernutrisi dan bergizi.

Mom Roser.

Mia tidak sadar tersenyum tipis melihatnya. Oke, sepertinya Marc juga belum bangkit dari tidurnya. Mia segera mengucir rambutnya ke atas dan bersiap untuk membuatkan sarapan untuk dirinya dan Marc.

Sesampainya di dapur, Mia membuka kulkas dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seluruh ruang di kulkas tersebut telah terisi oleh beragam banyak bahan masakan. Bisa dilihat jika Mama Roser adalah ibu rumah tangga sejati.

Oke, makanan bergizi dan bernutrisi? Apa coba? Mia berpikir keras menyentuh dagunya sembari mengamati satu per satu bahan yang tersedia. Sayur bayam, seledri, daging, buah, susu, telur dan sebagainya.

Satu ide muncul menyeruak dari dalam otaknya. Mia mulai memanaskan teflon di atas kompor dengan minyak nabati. Setelah dirasa panas Mia memasukkan daging dan menunggunya matang dengan tingkat well sembari menyiapkan bumbu-bumbu.

Marc yang masih setengah sadar keluar dari kamarnya. Aneh, tumben sekali keadaan rumah sepi. Biasanya Alex pasti sudah menyetel musik keras-keras. Oh ya, dirinya lupa jika ia harus menemani Mia di rumah. Sedangkan satu keluarganya pergi ke rumah kakek-neneknya. Apakah Marc keberatan? Tidak juga sih. Antara ya dan tidak.

Dari anak tangga menurun yang ke tujuh, Marc sudah bisa mencium bau aroma enak dari arah dapur. Mia sedang memasak? Dilihat dari pintu kamarnya yang terbuka dan sprei yang sudah rapi kembali, sepertinya gadis itu memang sedang berada di dapur untuk memasak.

Marc berjalan menjinjit dan memperhatikan diam-diam Mia yang sedang memasak. Marc sungguh terpesona, bagaimana tidak? Wanita cantik yang baru saja bangun tidur tanpa make up, dengan rambut dikuncir ke atas mengenakan clemek terlihat sangat seksi sedang memasak di dapur.

"Selamat pagi, Marc," sapa Mia tiba-tiba yang membuat Marc hampir terjelungup karena aktivitasnya yang seperti menguntit itu ketahuan.

"Sedang apa kau disana? Kenapa kau berjalan mengendap-endap?" tanya Mia tanpa menoleh pada Marc. Ia heran, kok Mia bisa tahu kalau dirinya sudah berada disana? Berjalan pun ia perlahan tanpa menghasilkan suara.

"Tidak. Aku sedang mencari air minum. Aku terbiasa berjalan mengendap-endap saat bangun tidur." Marc dengan sekali gerak segera membuka kulkas dan mencari air minum disana. Fyuh, untung masih ada sebotol. Alibinya jadi terlihat lebih meyakinkan.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang