We Found Love ❤ #85

1.4K 74 17
                                    

Perhatian!

Sebelum membaca part dibawah, diharap bisa membaca part sebelumnya karena masih sedikit readers :v HAHA

Ditengah kegelapan di bawah sinar lampu balkon, Mia menyelidiki kelakuan Marc yang sedang menatap bidak catur putih miliknya. Suara ombak yang tidak jauh menemani permainan mereka.

Marc kebingungan bidak catur apa yang harus ia gerakkan. Marc dilema antara menggerakkan pion, ratu, ataupun benteng. Ia tidak ingin ditipu Mia untuk yang kelima kalinya.

Mia tertawa melihat kelakuan Marc yang sangat kebingungan. Ia sesekali menggeleng. Marc layaknya anak kecil yang masih polos. Hanya tahu balapan dan bermain bersama teman-temannya saja. Jarang bermain catur seperti ini.

"Katanya master ahli bermain catur? Melawan aku saja masih empot-empotan hahaha," ledek Mia tertawa menepuk pahanya yang mulus.

"Yee, tunggu dulu. Aku masih berpikir." Marc tidak mau diledek dan direndahkan oleh tunangannya ini.

Mau tidak mau, Marc mengeluarkan jurus andalannya. Memposisikan kuda, benteng, dan ratu di lini barisan depan. Ini salah satu trik yang pernah diajarkan Alex padanya. Entah akan berhasil atau tidak pada Mia. Karena setiap kali Alex memakainya, tidak jarang lawannya akan ter-skak mat.

"Oh," ucap Mia pelan dan tidak sadar.

"Aha!" teriak Marc sedetik kemudian yang membuat Mia terlonjak kaget hingga ia salah meletakkan bidak catur yang seharusnya.

"Marc, kau mengagetkanku saja. Tuh kan jadi salah tuh ah!" Mia mencubit bibir Marc. Yang dicubit bibirnya ke depan pun hanya bisa mengaduh dan berusaha menghalau tangan nakal itu.

"Jangan bibirku yang dicubit. Hatiku saja." Mia kini malah melemparkan sebuah tamparan pada pipi kiri Marc.

"Kau ini. Mentang-mentang sudah melamarku jadi bebas menggombal ya." Mia merasa gemas dan mencubit kedua pipi Marc kini.

Marc menggembungkan pipinya dan memejamkan mata. Marc tak ingin kalah, ia juga meraih pipi Mia dan mencubitnya perlahan. Tetapi bukan itu yang membuat Mia meradang. Tangan Marc ternyata sudah tercampur dengan tepung dan diusapkannya ke seluruh wajah Mia. Ekspresi yang sebelumnya tersenyum itu kini menatap lurus dengan datar.

"Itu balasanku. Kau sudah lima kali mencoret wajahku seperti ini." Marc menunjuk beberapa bagian wajahnya yang sudah terkena tepung kampret itu.

"Oh ya, aku sudah membaca semua e-mail darimu," lanjut Marc memainkan satu alisnya naik turun sebelum Mia mengayunkan tamparannya lagi.

"Haaaa, tidak seharusnya kau membacanya." Wajah Mia berubah merah padam karena malu. Well, itu cukup untuk menambah pembalasan dendam Marc pada Mia.

***

Mia merasakan detak jantung Marc di tangannya. Ia mendongakkan kepala dan terlihatlah wajah tampan itu. Terlintas ide nakal di benak Mia.

"Marc, sebelum aku tidur, aku selalu dibacakan sebuah novel loh," celetuk Mia yang membuat tangan Marc tak lagi mengusap lembut rambut pirangnya.

"Benarkah? Kenapa aku baru tahu? Novel apa yang ingin kau untuk aku bacakan?" tanya Marc bangkit dan membuka laci nakas disamping.

Terlihatlah beberapa novel terkenal disana dengan tebal halaman yang tidak main-main. Marc merasa aneh. Kenapa cover novel ini berwarna hitam dan gelap semua?

"Fifty Shades Darker bagus. Aku suka sekali sekuel kedua itu." Mia mencoba menahan kekehannya.

Marc tidak mau pikir panjang, ia mengambil sebuah novel gelap itu dan kembali pada posisi memeluk Mia. Marc membuka letak halaman terakhir yang ditandai dengan kertas pembatas bergambar serupa cover. Sepertinya memang menjadi merchandise setiap pembelian bundle novel ini.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang