I'm Telling You #38

854 78 33
                                    

Marc mengamati seorang gadis yang sedang duduk termenung di atas kursi roda mengamati bagaimana para kawanan kupu-kupu beterbangan di depannya. Marc kembali mempertanyakan niatnya. Ia menatap satu nampan berisi sarapan untuk Mia yang ada di tangannya.

Ia bahkan termenung selama lima belas menit hanya untuk meluruskan niatnya kembali untuk memberikan sarapan tersebut.

Bagaimana jika Mia masih tidak ingin berbicara dengannya? Marc benar-benar tersiksa, sudah hampir tiga hari berlalu sejak kejadian Mia tidak ingin menyentuh, berbicara, bahkan untuk menatap. Setiap Marc menantang Mia untuk saling bertatapan, gadis itu selalu memalingkan wajahnya sedetik kemudian.

Marc membuka pintu akses menuju taman rumah sakit. Udara pagi yang menyegarkan menerpa tubuhnya. Ia mengeratkan topi hitam bertuliskan Red Bull yang ia pakai di kepala jeniusnya sebagai seorang pembalap.

Entah mengapa, padahal beberapa langkah lagi Marc sampai dihadapan Mia, seolah-olah gravitasi menolaknya untuk mendekat. Tidak, Marc tetapi bersikukuh untuk berbicara pada Mia. Ia tidak tahan lagi.

"Kau belum sarapan, dan aku membawakannya untukmu," ucap Marc berjongkok saat sampai dihadapan Mia.

Mia terkejut dengan kedatangan Marc yang datang tak diundang, dan pulang tak diantar. Mia memperhatikan setiap bagian tubuh Marc dari atas kepala sampai ujung kaki. Topi hitam ditambah jaket yang sangat padu bertuliskan sebuah minuman energy dari sponsornya dan celana levis biru agak kehitaman dan sepatu sport trendy. Penampilan seperti biasa tetapi tidak pernah membuat bosan.

"Aku suapi kau, tidak apa-apa 'kan?" Marc mulai menyendokkan sesuap sayuran ke sendok dan menyodorkannya. Tetapi Mia memalingkan pandangannya ke arah lain.

Marc menghembuskan nafasnya berat. Berbagai cara ia coba, dari memakai topeng wajah Matt Damon, topeng Chucky dan Valak, sampai melukis kumis dan cambang di wajahnya untuk menyamar, tetap saja Mia tidak ingin makan dari makanan yang Marc bawa.

Terdengar suara orang berbicara tepat dari arah pintu masuk ke taman yang hanya menggunakan kaca anti peluru tersebut. Hebatnya rumah sakit ini. 

Suaranya tidak asing. Marc menoleh, betapa terlonjak kagetnya ia menyadari bahwa ada seseorang dari masa lalu sedang berjalan ke arahnya. Seseorang yang tidak ingin ia ada untuk saat seperti ini.

Tidak salah lagi, gaya berjalan dan proporsi wajah tersebut. Marc berdiri dan memandangnya penuh selidik.

"Marc," sapanya tersenyum bak senyum kucing Cheshire. Sangat manis dan menawan.

"Maverick," balas Marc berusaha tersenyum tanpa ada ekspresi paksaan di dalamnya. Marc memperhatikan teman masa kecilnya tersebut. Kaus biru berlogo Yamaha dengan rambut ber-pomade ditambah bingkai bunga dalam genggaman tangannya.

Mia mendapati suara Maverick di belakangnya. Sesuatu menggugah hasratnya untuk berbalik. Ia menggerakkan kedua tangannya untuk menggeser posisi kursi roda dan menghadap Maverick. Wah, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengannya.

"Maverick?" seru Mia tersenyum manis. Marc terlonjak kaget, kenapa sih Maverick harus datang disaat seperti ini?

"Hey Mia, kau tidak apa-apa? Bagaimana bisa?" tanya Maverick berjongkok menghadap Mia. "Oh ya ini untukmu." Maverick memberikan bingkai bunga yang berukuran lumayan besar itu.

Mia tersenyum menerimanya. Ia mencium aroma wangi dari bingkau bunga tersebut. Wanginya sungguh membangkitkan gairah, benar-benar wangi khas seorang Maverick Vinales.

Marc menatap nanar pada Mia. Gadis tersebut merasa sangat senang saat menerima bingkai bunga dari Maverick. Tetapi bukan hal itu yang menjadi perhatian Marc, namun apa yang akan Mia ceritakan pada Maverick tentang kecelakaannya?

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang