Hello #61

837 66 32
                                    


Mia berusaha mengalihkan perhatiannya dari pembalap oranye yang pole position pada Maverick disana. Tetapi, usahanya sia-sia saja karena Mia diam-diam dari ekor matanya melirik Marc.

Mia melihat betapa tercecernya Marc saat balapan sudah dimulai. Dia berada di posisi empat. Benar-benar tidak biasa, Marc adalah raja di sirkuit ini. Apakah Marc sudah melihat keberadaannya di tribun penonton dan membuat konsentrasinya terganggu? Ah pede sekali pikirnya.

"Sayang, aku baru saja dari paddock Honda. Aku meneleponmu tetapi tidak tersambung. Aku takut kau dan Susan ada apa-apa," celetuk sang suami Mia tercintah sekaligus membawa dua minuman botol yang ia beli secara official di booth Red Bull.

"Tidak. Aku baik-baik saja bersama Susan. Aku juga baru dari supermarket sebelah dan membeli minuman tetapi Susan menghabiskannya cepat sekali."

"Kau sudah bertemu sang bos disana?" Mia menerima minuman energy itu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali ia meminumnya. Hanya anggukan yang ia dapatkan dari suami.

"Kau sudah bertemu idolamu tadi?" tanya nya lanjut menunggu sang pemimpin posisi melewati start line lagi. Mia menatap lurus ke depan.

"Tidak. Sepertinya aku tidak bisa lagi bertemu dengannya dan keluarganya di paddock. Aku mungkin hanya akan bertemu Maverick saja nanti. Aku lebih merindukannya kok," balas Mia dengan nada datar.

"Awas, ada paparazzi yang sedang merekam kita." Ini yang Mia sukai dari sang suami, selalu mengingatkannya akan keberadaan kamera nakal yang diam-diam mengambil gambar mereka.

Mia selalu heran, secerdas itukah paparazzi yang bisa mengenali dirinya walau sedang mengenakan topi bundar dan kacamata hitam?

"Aku heran denganmu, kau bisa mengenali letak paparazzi walaupun itu di belakang tubuhmu," puji Mia dengan ketidak mengertiannya.

Sebuah suara keras yang keluar dari knalpot motor datang, Mia berdiri mencari tahu sang pemimpin posisi. Ia menggerutu ketika banyak orang yang tiba-tiba berdiri mengikutinya, kan jadinya ia harus menjinjit walaupun sudah mengenakan sepatu heels.

Senyum mengembang di bibir Mia ketika mengetahui bahwa Marc berada di posisi pertama memimpin barisan, tetapi senyum itu tak bertahan lama ketika Maverick ternyata hanya terpaut beberapa mili detik di belakang Marc.

"Woah, pembalap Yamaha itu hebat. Pantas saja dia mendapat julukan Top Gun. Dia sangat cepat." Mia menoleh, mata biru suaminya itu berbinar-binar kagum. Seakan-akan mengeluarkan cipratan kilauan tersendiri.

***

Mia dan sang suami tak henti-hentinya melontarkan tepuk tangan dan pandangan kagum. Ini adalah kali ke sembilan Marc menjuarai MotoGP Austin, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, ia tidak pernah terkalahkan.

Mia memperhatikan secara seksama. Ekspresi senang dari wajah itu masih sama. Tidak ada yang berubah, sepertinya umur tidak memakan sorot dan ekspresi juga sifat Marc.

"Kau ingin bertemu dengannya?" tanya suami Mia berseru keras di telinga Mia karena suara gegap gempita di bawah podium kejuaraan yang ramai.

"Apa? Tidak." Mia menggeleng cepat, tetapi tangannya sudah ditarik oleh sang suami yang sedang menggendong Susan.

"Sudah kubilang aku tidak ingin bertemu dengannya." Wajah Mia memerah karena malu. Ia memikirkan apa saja yang akan terjadi jika bertemu Marc bersama dengan suaminya.

"Anggap saja reuni mantan. Ya 'kan Susan? Kau senang kan ibumu ini bertemu mantannya?" Mia menyesal sudah menceritakan semua mantannya pada suami sebelum tidur. Sudah menjadi kebiasaan mereka berdua.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang