Divorce #72

851 72 14
                                    

Perhatian!

Sebelum membaca part dibawah, silahkan baca chapter sebelumnya karena saling berhubungan. Matur nuwun ^^

Mia meraih pundak Marc dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia satukan bersama tangan kanan Marc mengudara. Musik yang tercipta dari handphone Mia meraung ke seluruh kamar motel. Senyum tidak henti-hentinya Marc tunjukkan.

Mia baru menyadari ketika ternyata ada sebuah pintu untuk menuju balkon, dimana lebar balkon tidak lebih dari tiga kali empat meter tersebut. Pemandangan langsung menuju menara Eiffel tidak membuat semangat mereka surut untuk berdansa berdua.

"There is no reason to give up," sahut Marc ketika lirik dari lagu 'To Be Human-nya Sia' mengalun. Ia berbisik lembut di telinga Mia.

"Pagi-pagi udah ngajak berdansa di balkon seperti ini. Kalau ada yang lihat bagaimana?" Mia menempelkan dagunya pada pundak Marc.

Cahaya matahari hangat mulai menembus awan. Cuaca hari ini sangat cerah, mungkin hujan deras tadi malam menghabiskan sisa-sisa awan hitam berpetir.

"Itu urusanmu. Nanti media akan menerbitkan berita kita berdua. Kau dan Nick bercerai lalu kita bisa bersama lagi tanpa ada pembatas." Mia terkekeh pelan, dasar manusia nyentrik.

"Jam berapa kau memesan tiket?" tanya Marc berhenti berdansa dan mulai memeluk tubuh Mia erat.

"Dua jam lagi aku akan pulang."

Dua jam? Bukankah tadi malam Mia sudah berjanji akan pulang sore? Otomatis rencana Marc untuk berjalan seharian bersama Mia mengelilingi Paris sirna sudah.

"Kau mengatakan akan kembali sore nanti." Marc melepas pelukannya, memegangi pundak itu dan menatap dalam matanya.

"Nick meneleponku. Dia ingin agar aku segera pulang. Kau tahu perjalanan dari Paris-California sangatlah jauh Marc. Tidak akan sampai dalam waktu bahkan lima jam."

Mia melihat perubahan ekspresi Marc. Ingin sekali Mia berdua berlama-lama dengannya, tetapi ia juga masih menyandang status peran sebagai istri Nick. Tidak mungkin ia akan mencampakkan suaminya begitu saja.

Oke, kini Mia juga memikirkan perasaan Nick. Ah sial, jadi serba salah seperti ini.

"Maaf Marc. Tapi aku memang harus segera pergi."

"Akankah kita bertemu lagi?" tanya Marc cepat.

Sorot mata Marc meneduh, Mia seperti melihat tatkala laki-laki itu menangis di pundaknya tadi. Apakah sebesar itu ketakutan Marc jika kehilangan dirinya?

"Ya. Kita akan bertemu lagi suatu saat."

Tanpa ijin dan tanda, Marc langsung mencium lembut bibir seksi Mia. Mia melingkarkan kedua lengannya pada leher Marc, tanpa heels rasanya mustahil untuk mencium Marc tanpa mendongak berjinjit sekarang.

"Aku akan selalu mencintaimu." Marc tersenyum setelah melepas ciuman rasa sayangnya.

"Kau sudah mengatakan itu seribu kali dasar manusia nyentrik!"

"Aku tidak akan pernah jenuh untuk mengucapkannya. Menunggumu seribu tahun pun aku tak akan bosan." Kekehan khas Marc Marquez membuat hari Mia bersinar.

***

Angela dan Alex celingak-celinguk mencari dua pasang orang yang mencari mereka. Angela tidak henti-hentinya menggenggam erat tangan Alex. Meskipun tinggi tubuh mereka terpaut cukup jauh, Angela tidak merasa malu untuk berdekatan bahkan sampai bersentuhan kulit.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang