Then, Marry Me! #50

933 78 7
                                    

Marc dan Mia berjalan beriringan keluar dari bioskop. Senyum tidak henti-hentinya Mia buat di wajah cantiknya karena berhasil mengoyak perasaan Marc seketika ketika mengatakan bahwa Maveric akan menjadi suaminya kelak.

Walau dalam keadaan berjalan seperti itu, Marc tetap memandangi wajah Mia dan tidak mempedulikan lagi kemana langkah kakinya berjalan. 

Meski demikian, Mia tidak bisa menyembunyikan warna merah rona pipinya yang menyala, ia berusaha menyelaraskan rambutnya agar menutupi sebagian wajah.

Di dalam hati Mia, ia merasa sangat senang karena tanduk setan di kepalanya muncul dan memberikan rasa puas karena berhasil membuat Marc semakin menyesal di dalam lubuk hatinya. Terlebih, Mia tahu bahwa Marc sedang memandangnya dengan ekspresi wajah yang memuaskan untuk Mia kerjai.

Tidak sadar saat mereka menyeberang jalan yang mereka rasa sepi, tiba-tiba sebuah sorot lampu menyilaukan datang dari arah kanan. Klakson yang mengaung membuat Marc dan Mia secara reflek mundur ke belakang menghindari tabrakan.

"Eh kau sopir kutil badak! Matamu lho!" teriak Mia mengepalkan tangannya ke udara dengan penuh emosi. 

Mengetahui bahwa tidak lama ini ia baru saja tertabrak sebuah mobil, rasa trauma pasti ada dan membuatnya merasa lebih sensitif akhir-akhir ini.

Tangan Marc melayang dan meraih pipi kiri Mia. Tanpa ijin, Marc melumat bibir manis Mia. Di pinggir jalan yang begitu ramai ditemani lampu temaram jalan, Marc membenamkan ciumannya, Mia merasa udara tak lagi bersahabat dengannya.

Terkejut dengan aksi itu, Mia melepas ciumannya dan sontak menampar pipi Marc dengan keras. Yang ditampar pun menatap dengan heran dan kasihan. Rasa panas di pipinya tidak dapat Marc bendung, ia mengelus lembut dan berusaha untuk sadar bahwa tindakannya tadi terlalu jauh.

"Maaf, aku tahu kau pasti keberatan," lirih Marc masih setia mengelus pipinya. Baru sekali ini dalam hidup Marc, ia ditampar oleh seorang wanita.

"Kau ini sekarang temanku, Marc. Ya, aku keberatan dan kau juga tidak bertanya lebih dahulu," seru Mia mempertahankan ritme deru nafasnya yang tidak beraturan.

Rasa marah mendera, Mia melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Marc. Apakah pria itu menganggapnya hanya sebagai pelampiasan nafsu? Hah, picik sekali.

Marc berdiri mematung melihat kepergian Mia dari hadapannya. Gadis itu berjalan setengah berlari. Dari cara berjalannya saja, tersirat rasa amarah yang mendalam. Marc menyesal, ini kesalahannya.

Ia masih tidak percaya dan menerima jika Mia mengatakan bahwa dirinya akan menjadi istri dari seorang Maverick. Secepat itukah?

Suara sepatu Mia mengisi kesunyian di antara mereka. Ia berhenti dari berjalannya dan menoleh ke belakang dan mendapati Marc berkacak pinggang sedang menatapnya nanar.

"Kau masih saja berdiam diri disitu?" Mia menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir. "Kalau kau tidak mengantarku, bagaimana bisa aku pulang dengan selamat?"

Marc terlonjak kaget menyadarinya, ia segera berlari dan berjalan mensejajarkan langkah dengan Mia.

***

Marc merutuki dirinya sendiri. Entah hasrat darimana ia sampai nekat mencium Mia seperti itu di pinggir jalan. Ia lupa akan status dan perannya, ia hanya sekedar teman.

Tetapi Marc tidak akan pernah rela jika Mia akan menikah dengan Maverick. Mengingat itu, tangan Marc kuat-kuat meremas stir mobil yang dikendarainya.

"Aku ingin ke Madrid Night Bar Café," celetuk Mia. Marc hanya menjawab dengan gumaman tanda tanya.

"Hah heh hoh, aku katakan aku ingin ke Madrid Night Bar Café, tempat dimana kita pertama kali bertemu." Marc segera menuruti, toh ia juga yang memaksa Mia untuk pergi dengannya sampai membatalkan tiket pesawat yang sudah Mia pesan sebelumnya.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang