Let's Make It Simple #73

715 69 9
                                    

Mia mematikan keran air nya dengan setengah sadar. Mia tidak yakin untuk keluar dari pintu kamar mandi berwarna merah muda itu. Dengan handuk yang melilit, mata Mia fokus pada kaca cermin besar yang tertempel di dinding utara.

Ia berjalan mendekati dan mengusap kaca cermin yang mengembun. Dengan beberapa gosokan dari kepalan tangannya, terlihat bagaimana cerminan dirinya. Mia baru sadar jika ia kini lebih sering menguncir rambutnya seperti sanggul.

Lampu temaram yang menyinari kamar mandinya itu tidak membuat Mia mengurungkan niatnya untuk berlama-lama bercermin diri. Entah mengapa hatinya gundah kini. Hanya satu pertanyaan yang terlintas di otaknya. Apa yang harus Mia katakan pada Nick setelah ini?

"Nick, aku mencintaimu? Tidak, kau akan dianggap gila olehnya. Mia, kau ini mengapa?" Mia mengehembuskan nafas beratnya. Tangannya mencengkram pinggiran wastafel tersebut.

"Tapi pernikahan kita hanya sekedar permainan. Kau sudah sangat membantuku." Mia menirukan bagaimana cara Nick berbicara. Ia mengira-ngira apa yang akan menjadi jawaban Nick jika Mia memberitahu yang sebenarnya.

"Ayolah Mia, kau seharusnya senang karena Marc ternyata begitu mencintaimu kini." Mia menatap mata abu-abunya sendiri dari pantulan.

"Mia, kau sudah selesai? Ayo sekarang kita makan malam," seru Nick dari luar. Terdengar bunyi berdencing disana, mungkin Nick sedang menyiapkan piring-piring.

"Aku akan segera keluar dan berganti pakaian."

Mia segera keluar dan memilih pakaian yang bagus dari almarinya. Ketika ia selesai, satu barang di tumpukkan pakaian kotor menarik perhatiannya. Baju hem berlengan panjang tergeletak disana, bukan itu, tetapi objek merah di kerah lehernya.

Tentu ini bukan lipstick-nya, tidak salah lagi. Bentuk bibir ini milik Jennifer. Benar adanya, Nick tidak mengada-ada. Mereka benar-benar menghabiskan malam bersama.

Mia menoleh ke belakang tempat dimana ranjang tempat ia dan Nick tidur. Terlihat rapi tetapi dengan sprai yang berbeda. Nick sudah menggantinya.

Mia kira, tempat tidur itu hanya diperuntukkan mereka berdua. Tetapi salah, Mia telah membawa perasannya sejauh ini dan ia tidak tahu harus berpaling kemana.

***

Nick sesekali mengetuk meja makan malam. Ia mendikte apa saja makanan yang sudah tersedia. Lilin merah romantis sudah ia nyalakan. Pasti Mia sedang berdandan cantik disana.

"Ah, akhirnya datang juga. Duduklah," Nick beranjak dari duduknya dan menarik kursi yang akan Mia tempati nantinya.

Sebelum meletakkan pantat seksinya, Mia mengamati bagaimana indahnya meja makan malam itu kini. Baru kali ini ia melihat Nick yang berantusias menyiapkan makan malam.

"Woah, sepertinya aku salah memakai pakaian malam ini," ucap Mia mengelus taplak meja berwarna putih bersih. Bukan kain kafan!

Mia menilai suasana ini. Lampu temaram, lilin romantis wangi yang menyala, musik jazz yang sangat Mia sukai karena menambah nuansa mesra, makanan komplit tersedia di atas meja, dan juga Nick dengan senyumnya berada di ujung sana.

"Kau tetap terlihat cantik. Aku membuatkanmu steak, aku tahu kau pasti suka steak. Ada kalkun dan juga sayuran yang bergizi. Anggur ada di sebelahmu. Dengan senang hati aku akan menuangkannya untukmu jika kau mau." Dari bagaimana Nick menjelaskannya, Mia terpukau. Baru kali ini ia melihat Nick seperti ini.

Mia mengambil pisau dan garpu dari samping kiri kanannya dan mulai memasukkan steak bertekstur lembut ke dalam mulutnya. Diam-diam, Mia melirik Nick dari ujung matanya. Gerak tubuh dan gesturnya berbeda.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang