Dans Votre Attente #64

783 71 19
                                    

Rasa sakit melanda Mia. Kepalanya luar biasa pening. Ia menggelengkan kepala menyadarkan akan realita. Bagaimana bisa mimpi tadi malam bisa begitu terlihat dan terasa seperti nyata?

Mia kembali memperhatikan kedua tangannya. Tidak ada darah ataupun bercak merah. Ya, itu memang sekedar mimpi. Tetapi terasa amat nyata.

Tangannya gemetar tak karuan. Keringat tidak habisnya mengucur dari kening. Seperti ia baru saja mengalami ketakutan yang teramat sangat sepanjang hidupnya.

Dengan cekatan, Nick membawakan sebuah air putih untuk Mia minum. Setidaknya air putih itu bisa menenangkan kegelisahannya sebentar. Mia menerima gelas itu dan langsung meminumnya. Dalam satu tegukan, Mia dapat menghabiskannya sekaligus.

Nick tidak menyangka, ketika ia sedang asik bermimpi tiba-tiba terdengar sebuah teriakan dari Mia. Ketika bangun pun, gadis itu berkeringat banyak dan melototi tangannya sendiri seakan-akan ia telah melakukan sesuatu hal yang amat membuatnya takut.

Nick berjongkok di depan Mia dan mengamatinya seksama. Tangannya mengusap poni Mia lembut.

"Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya Nick menaikkan alisnya. Pandangannya mulai tersilaukan karena sinar matahari yang menembus jendela.

Hanya anggukan yang dapat Mia lemparkan. Ia masih berusaha keras untuk menstabilkan pernapasannya.

"Just breath, okay? Breath slowly," perintah Nick ikut memperagakan.

Mia sangat bersyukur, Nick dengan sigap membantunya. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Mia mengalami mimpi buruk seperti ini.

"Sepertinya kau harus beristirahat untuk hari ini. Dan kita akan pulang lusa. Lebih baik aku menelepon Angela untuk membatalkan blind date-nya dan menggantikan peranmu pada Iggy—"

"Jangan. Aku tidak ingin mengecewakan dia. Lagipula, aku dan blind date Angela akan bertemu di Paris." Mia berdiri dari kursi yang di dudukinya meskipun harus mengurut keningnya pening.

"What? Kenapa harus di Paris?" teriakan tiba-tiba membuat Mia terhentak kaget.

"Sebaiknya kita pulang sekarang. Aku akan baik-baik saja." Nick mengamati Mia yang beranjak pergi dari hadapannya tanpa menjawab pertanyaan darinya. Ia masih terpaku dan tidak habis pikir.

"Kenapa kau masih saja berbuat baik dengan orang lain dalam keadaanmu seperti ini? Kau bisa membatalkannya. Ini semua demi kesehatanmu."

"Karena tanpa mereka, mungkin aku tidak ada apa-apanya sekarang. Mereka lah yang berjasa. Teman-temanku." Nick selalu tahu, inilah Mia.

"Hmm, andai Jennifer sepertimu. Mungkin aku sudah melamarnya dulu." Tiba-tiba Nick dikejutkan dengan lemparan sebuah BH padanya. Ia menoleh tajam pada Mia.

"Awas sampai kau jatuh cinta padaku," ancam Mia terkekeh mengemasi koper. Nick memutar bola matanya.

***

"Kenapa harus di Paris?" tanya Marc dan Alex berbarengan keras. Mereka mentautkan kedua alisnya menatap Jose penuh tanda tanya.

"Ya dia menginginkan suasana Paris. Sudah selayaknya kita sebagai pria yang datang pada mereka bukan?" Jose memaling-malingkan wajahnya karena tidak nyaman di tatap seperti itu.

"Ayolah Alex, kau ini kaya. Marc juga." Tunggu, kenapa nama Marc disangkut pautkan?

Alex menepuk jidatnya. Sudah memesan tempat tanpa persetujuannya, belum tiket pesawat ke Paris, Alex pun tidak tahu rupa gadis itu seperti apa.

"Apa kau yakin tidak ada foto lagi darinya? Apa tidak ada fitur album seperti yang ada di Facebook atau Instagram?" tanya Alex dengan nada cemas. 

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang