The Lollipop Girl is Over #55

793 72 11
                                    

Dengan dua botol minum, Marc dan Mia duduk beralaskan karpet. Meskipun alas ranjang yang empuk lebih menggoda, tetapi untuk momen ini, berbicara empat mata saling berhadapan lebih masuk akal.

Marc terus saja menggeleng menatap Mia. Seperti tidak percaya akan apa yang baru saja Mia jelaskan. Ingatan Marc seperti kelabu dan hilang begitu saja. Gadis lollipop, ternyata sedang menatapnya balik.

"Aku masih merasa seperti mimpi," ucap Marc tersenyum. Tangannya tidak lelah menggoyang-goyangkan botol minuman energy yang menjadi sponsornya. Mia hanya tersenyum dan kembali meneguk minuman botolnya.

Mia menghembuskan nafasnya. Hanya bunyi deru kipas angin yang berada di atas langit-langit. Walaupun masih mengenakan jaket, Mia tidak terganggu dengan udara panas Argentina. 

Mia rasa, sekarang ini tidak ada satupun orang yang melewati kawasan ruang kerja Marc bahkan setelah setengah jam ia bercerita.

"Kau sangat berubah dari yang terakhir kali aku ingat," balas Mia tertawa menyipitkan matanya.

"Kau pasti mengira diriku jelek sewaktu masih kecil. Ngaku!" Tunjuk Marc pada wajah Mia menginterogasi.

"Kau tampan."

"Kau berbohong. Kenapa kau mau memberikan lollipop itu padaku yang kau anggap jelek ini?"

Senyum Mia tidak bergerak. Lengkungan senyum itu terhenti dan terpaku. Matanya menyoroti inci per inci wajah Marc.

"Karena ku rasa kau bisa menjadi teman yang baik untukku. Dan voila! Kau memang teman yang baik."

Mia mengacungkan minuman botolnya pada Marc bermaksud untuk bersulang, tetapi mendengar jawaban Mia, Marc merasa ganjil. Jadi, memang Mia menganggapnya hanya sebagai teman biasa, bahkan sejak dari dulu?

"Dulu kau mencari Maverick karena dia juara, dan kau menyukainya. Karena dia tidak mengerti bahasamu dia pergi. Dan kau tidak sengaja bertemu denganku, tetapi matamu berbicara kalau aku sangat baik untuk berperan menjadi temanmu." Bukan pertanyaan, melainkan penjelasan yang Marc ungkapkan.

Mia mengerjapkan matanya beberapa kali dan menarik kembali tangannya yang mempunyai niatan untuk bersulang.

"Kau tetap menyukai Maverick bahkan sampai sekarang?" hati Mia tertusuk. Benarkah ternyata selama ini Mia memendam perasaan itu terlalu dalam hingga ia tidak menyadarinya?

Mia menggeleng pelan. Ia tidak tahu apa yang harus ia ucapkan lagi. Porosisitas otaknya seakan berhenti menghasilkan huruf dan kata-kata.

"Aku tidak menyukainya."

"Kau berbohong," balas Marc sepersekian detik kemudian.

"Seringkali keadaan memaksaku berbohong untuk membuat hubungan kita agar tetap baik-baik saja." Mia menundukkan wajahnya. Memanfaatkan poninya yang jatuh untuk menutupi ekspresi wajahnya. "Seperti katamu 'kan?"

"Karena tiap kali aku jujur akan pertanyaan tentang Maverick, kau berbeda. Sikap, ekspresi, cara bicara, pandanganmu, bahkan perasaanmu berubah secepat kilat."

Marc melemparkan pandangannya keluar dan menarik nafas dalam. Mia tidak bisa lagi meneruskan ini, ia tidak ingin ada perasaan yang tertinggal ketika ia meninggalkan tempat ini.

Sudah Mia putuskan, ia berdiri memposisikan tubuhnya sejajar mungkin. Pandangan Marc otomatis bergerak seirama dengan tubuh Mia yang berdiri.

"Aku harus pergi, Marc. Terima kasih untuk waktu dan tempatmu. Aku sangat menghargainya."

Mia meletakkan botol minuman yang setengah penuh itu di atas meja kerja Marc yang berwarna coklat kayu mahoni. Tetapi saat Mia mencoba membuka pintu dengan gagang yang futuristik, ia selalu gagal. Apa pintu ini hanya bisa dibuka oleh Marc?

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang