Kiss It Better #51

1K 81 21
                                    

Mia memperhatikan kalung yang melingkar dengan indahnya di leher mulusnya. Ia teringat bagaimana mudahnya mendapatkan kalung tersebut, terlebih wajah Marc yang kalah tantangan dari booth permainan di karnaval malam darinya turut muncul di benaknya.

Tidak ada lagi suara percakapan, tangis ataupun musik. Hanya deru suara mobil yang memecah sunyi sore di dalam mobil itu. Marc menggertakkan giginya dan masih mencengkram stir kemudi kuat-kuat.

Selama berkonsentrasi mengemudi mencari jalan masuk ke jantung kota, Marc berinisiatif mencari tempat sela untuk mengobrol. Marc benar-benar tidak tahan dengan kebisuan yang hampir berlangsung selama setengah jam.

"Kemana kita?" tanya Mia mengetahui bahwa Marc menepi di sebuah depan restoran.

"Tempat pertama kali kita berkencan." Marc membuka pintu mobil tempat sisi Mia duduk dan mengulurkan tangannya.

Seketika Mia berpikir, akankah ia menerima uluran tangan itu? Mia benar-benar dibuat resah dengan ke-ambiguan hubungan mereka kini.

Mia memperhatikan sorot mata Marc, teduh dan sayu. Akhirnya ia luluh dan rela menerima uluran tangan tersebut. Marc senang bukan kepalang. Ia bisa mengisi sela-sela jari-jemari Mia kini, lagi, untuk kesekian kalinya.

Dengan erat, Marc menggenggamnya dan menyeret masuk ke dalam restoran. Mia memperhatikan isi restoran tersebut. Sungguh berbeda dari yang terakhir kali ia lihat. Dekorasinya terlihat ciamik masih dengan gaya mediterania.

"Sepertinya, pergantian tahun baru mempengaruhi dekorasi restoran ini," celetuk Marc menjawab pertanyaan dalam benak Mia.

Mia terus memperhatikan tengkuk Marc yang sedang membawanya terus ke dalam restoran, sampai akhirnya cahaya sore matahari menerpa wajahnya, terasa sangat hangat.

Terdengar suara ombak dari kejauhan, Mia merasa sangat familiar dengan suasana seperti ini. Seperti déjà vu. Mia mengedarkan pandangannya, sangat sepi, bahkan mungkin yang disini hanya ia dan Marc juga sepasang kekasih di ujung sana.

Selama Mia mengedarkan pandang, ternyata Marc sudah mempersiapkan kursi yang ditariknya ke belakang agar Mia bisa masuk dan duduk di atasnya. Hanya lemparan senyum yang bisa Mia balas.

"Kau ingin makan sesuatu?" tanya Marc menutupi seluruh wajahnya dengan buku menu. Mia menghembuskan nafas, kini semuanya terasa sangat canggung. Bahkan hanya untuk saling menatap, semuanya terasa sangat ganjil.

"Marc," Mia menurunkan buku menu yang menutupi wajah Marc. "Aku tidak lapar, aku tidak sedang ingin makan apapun."

Marc menutup buku menu itu dan menatap dalam mata Mia. Mia tahu jika Marc sedang berpikir keras tentang suatu hal.

"Kau bisa sakit jika tidak makan, dari tadi siang kau belum makan apa-apa."

Seorang pria mengenakan hem putih dan apron hitam membawa sebuah gelas berukuran besar menjadi sela diantara mereka.

"You want a drink?" tawarnya. Mia bersyukur pria itu berbicara bahasa inggris, karena saat ini ia sangat tidak mood untuk menterjemahkan bahasa spanyol.

"Yes please," jawab Mia dan Marc bersamaan. Mia sempat melirik Marc beberapa detik, tatkala Marc menatap balik, Mia secepat mungkin mengalihkan pandangannya kembali pada gelas di tangannya yang sedang terisi oleh air mineral.

Mia meneguk air itu perlahan demi perlahan. Terasa kesegaran di seluruh tenggorokannya. Tiba-tiba ia merasa ingin sesuatu yang manis.

"Aku ingin es krim," celetuk Mia yang melihat sebuah menu dessert tercetak tinta merah disana.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang