Hands To Myself #69

848 68 31
                                    

Perhatian!

Harap baca part sebelumnya jika belum, part dibawah saling berhubungan ^^

"Itu motelnya?" seru Mia yang sudah basah kuyub sembari mengucek wajahnya karena air hujan yang menetes dari rambut poninya menutupi pandangan.

"Ya, ayo kita masuk."

Suara decakan sepatu basah menghiasi motel kecil itu. Tetesan air yang jatuh ke lantai menjadi saksi untuk pertama kalinya Mia akan menginap di sebuah motel bersama Marc. 

Meskipun terdapat sebuah keset bertuliskan welcome mantan untuk mengeringkan alas sepatu, Marc dan Mia tetap saja bandel untuk langsung menghampiri tempat resepsionis.

"Hay, excuse me ... Uhm, do you have any free rooms here? For tonight?" tanya Mia sesekali mengetukkan jarinya dan bibir bergetar menahan dingin.

Seorang wanita yang sedang duduk disana dengan rambut seperti pramugari berdiri, dan menatap kedatangan Marc dan Mia dengan antusias sekaligus aneh. Di dalam benaknya berpikir, sepertinya ia pernah melihat mereka berdua. Tetapi siapa ya?

"Uhm," Mia melirik nametag itu, bernama Jean?

"Ya, kurasa ada sebuah kamar kosong," lanjutnya karena masih saja memikirkan dua pasang sejoli ini.

"Dua kamar saja, tolong," celetuk Marc yang mendapat tatapan dari Mia.

Dua kamar? Apa Marc sedang berusaha menjadi sopan sekarang karena status Mia yang sudah menjadi istri orang lain? 

Jika dipikir-pikir, benar apa tindakan Marc. Mia memiliki suami, seharusnya sebagai istri yang baik, ia menghormati suaminya dengan tidak berkeluyuran dengan laki-laki lain, terlebih adalah mantannya sendiri.

Tidak lama Jean sang resepsionis itu mencari daftar kamar kosong, ia kembali menatap Mia dan Marc bergantian dengan tersirat rasa penyesalan didalamnya.

"Maaf, tetapi hanya tersedia satu kamar saja." Marc dan Mia sontak menoleh satu sama lain melemparkan pandangan bingung.

Marc terpaksa tidak ingin sembrono dan neko-neko untuk tidur satu kamar bersama Mia, dan Mia yang tidak enak jika harus menentang niat baik Marc. Ah, ini hanya satu-satunya motel yang Marc ketahui. Tidak ada waktu untuk mencari motel lain, diluar masih hujan deras pula.

"Aku harap satu kamar itu mempunyai dua tempat tidur," ucap Marc dengan nada bertanya.

"Well ... sayangnya hanya satu tempat tidur. Ber-tipe single bed juga." Marc menghembuskan nafasnya berat. Hari apa ini? Semuanya seperti serba salah.

"We take it." Mendengarnya, Marc menoleh secepat kilat.

"What are you doing?" tanyanya setengah berbisik mentautkan alisnya.

"Ini sudah larut malam. Kita tidak mungkin mencari motel lain. Aku yang akan tidur di sofa atau lantai. Tidak apa-apa."

Marc tidak habis pikir. Apa pukulan tangannya empat tahun dulu pada wajah Mia membuat gadis itu berubah menjadi gila seperti ini? Tidak mungkin, dimana harga dirinya sebagai laki-laki jika Marc membiarkan Mia tidur di sofa bahkan lantai?

"Tidak. Aku yang akan tidur di lantai."

"No, you can't. Kau sudah terlalu baik padaku hari ini." Mia mengacungkan jari telunjuknya pada Marc mencoba mengancam. 

Marc sudah terlalu baik hari ini, setidaknya ia ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi Marc. Setidaknya sekali untuk hari ini.

"Sudah, nganut saja. Jangan ngeyel!" Marc langsung mengambil kunci yang sudah disodorkan oleh Jean satu menit lalu.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang