Missed #33

885 80 13
                                    

*Please, play the video above! :'

Marc berjalan mendahului Jose yang mengekor di belakangnya. Jose paham, tidak biasanya Marc berjalan dengan ritme dan langkah secepat dan selebar itu. Ide untuk keluar dari ruangan itu adalah cara yang tepat menurut Jose.

"Kau haus? Aku akan membelikanmu kopi atau minuman semacamnya?" tawar Jose mencairkan suasana. Mumpung keberadaannya dekat dengan cafetaria, inisiatifnya.

"Terserah kau. Aku akan menunggu di taman bawah," balas Marc tanpa menoleh dan langsung memasuki lift untuk turun. Pikirannya terlalu runyam saat ini.

Marc sudah hafal dengan hotel ini. Salah satu hotel untuk tamu-tamu kelas atas dan orang-orang terkenal. Tidak jarang dirinya dan beberapa teman kenalannya sering menginap disini. Karena hafal di luar kepala, Marc langsung memasuki taman tersebut dan berkacak pinggang menghirup udara segar dalam-dalam. Selama beberapa detik Marc menghirup aroma dedaunan di musim dingin, tetapi belum bisa meredakan kegelisahannya.

Benar apa kata Jose. Mia adalah seorang gadis yang mempunyai tunangan. Lalu apa dirinya? Pelampiasan semata? Ah dimana sih Jose? Kenapa tidak kunjung datang?

Marc mengeluarkan handphone alumunium berwarna silver-nya dan mencari daftar kontak teratas yang sering ia telepon. Jose Martinez, langsung saja Marc menekan tombol panggil setelah mendapati nama tersebut dan mendekatkannya ke daun telinga kanannya.

"Jose, apa kau sedang berkencan dengan pemilik cafetaria? Dimana kau?" tanya Marc dengan nada kesal. Emosi sepertinya berada di puncak kepalanya.

"Aku akan segera kesana. Aku sedang dalam lift," alibi Jose yang ternyata masih nongkrong menunggu percakapan antara dua hati yang sedang hancur tersebut. Setelah bertemu dengan Mia, hati Jose tidaklah luluh semudah itu. ia tahu benar apa yang akan Marc putuskan tentang hubungan mereka.

Dari kaca pemandangan disampingnya, Jose dapat melihat Marc sedang memegang telepon sedangkan Mia berdiri mematung.

"Kau sebaiknya menutup panggilan ini dan menoleh ke belakangmu," ucap Jose lalu menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban Marc.

Marc merasa jawaban Jose tadi sangatlah aneh. Tanpa banyak berpikir, Marc mengikuti apa kata Jose dan berbalik. Betapa terkejutnya ia ternyata Mia berada di sana dengan keringat mengucur di keningnya dan nafas yang tersengal-sengal. Tidak, jangan menangis. Marc tidak akan tahan melihat Mia menangis.

"Apa yang kau lakukan disini? Kau mengagetkanku saja!" balas Marc terlonjak kaget dan memasukkan handphone-nya ke dalam saku.

"Aku merindukanmu, Marc." Satu kata sukses menggetarkan naluri sanubari seorang Marc Marquez. Tetapi, rasa yang baru saja Mia dan pacar yang sesungguhnya tinggalkan sekitar lima menit lalu itu seketika mengubah suasana.

Oke, Marc tidak habis pikir. Apa yang gadis ini inginkan darinya? Dia pergi tanpa ada kabar, dan datang membawa keegoisan? Marc benar-benar tidak habis pikir.

"Kau yang sudah bertunangan tidak seharusnya merindukan pria lain. Kau akan dianggap tidak setia. Kau tahu itu," balas Marc dengan nada menyindir dan secara halus. Marc tidak tahu kata apa lagi yang pas. Di otaknya, hanya kata-kata sarkas yang bermunculan. Tetapi melihat ekspresi Mia, Marc tidak tega dan berusaha mengurungkan niatnya.

Marc menunggu jawaban dari Mia. Namun diam, hanya diam diantara mereka kini. Marc tidak ingin melihat air mata itu terjatuh. Marc tidak akan tahan.

Apakah dengan melangkah pergi akan memperbaiki suasana? Ya, lebih baik begitu. Marc mulai pergi dari hadapan Mia. Ah Marc tidak tahan, ada satu kalimat sarkas yang ingin Marc keluarkan.

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang