Bab 4 - Part 3

1.4K 149 2
                                    

Rachel menyusuri sasana olahraga yang ada di dalam Yaeil Hotel itu dengan penuh tekad. Pagi ini, Nam Bisseo mengatakan Youngdo akan pulang. Ia menunggu, menunggu, dan menunggu pria itu untuk setidaknya datang menyapa dan menertawakan nasibnya. Tapi apa? Rachel mendengar pria itu memilih pulang ke hotel lebih dulu dan menikmati waktunya disana.

Mengabaikan setiap sapaan hormat dari para pegawai Yaeil, Rachel berjalan cepat melewati ruang-ruang VVIP disana dengan cepat, ruang dimana kemungkinan tunangannya berada. Gadis itu membuka ruang satu per satu, tidak berniat mengetuk, dan langsung saja masuk begitu menemukan apa yang ia cari.

Tunangannya, seolah baik-baik saja, tidak memiliki perasaan bersalah apapun, terlihat begitu santai dan hanya meliriknya sekilas. Rachel berhenti sejenak. Youngdo yang basah oleh keringat sedang berganti baju sehingga otot-otot perutnya terlihat jelas. Tentu, ini bukan pemandangan yang ingin Rachel saksikan.

"Dari jauh kau terlihat sangat menakutkan," ucap Youngdo yang kini sedang mengikat pakaian Taekwondonya kembali.

"Dari jauh kau terlihat sangat menakutkan," ucap Youngdo yang kini sedang mengikat pakaian Taekwondonya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa meninggalkanku sendiri?"

Sebut ia menyedihkan atau apa, Rachel tidak peduli. Ia berhenti tepat di depan Youngdo dan menatapnya penuh marah.

Youngdo sendiri memperhatikan wajah tunangannya. Ada setitik kecil airmata yang terlihat di sudut mats, mungkin mati-matian gadis itu tahan, meski suaranya sudah tercekat.

"Lama tidak berjumpa."

Hanya sapaan sederhana, tapi kenapa ia merasa seperti ini, pikir Rachel muak. Gadis itu mengalihkan pandangannya, mencegah Youngdo untuk melihatnya lebih dalam.

"Apa menjadi pengecut sangat menyenangkan?" Tuduh Rachel, berusaha lebih menyakiti pria itu.

Youngdo tersenyum dingin. "Aku tidak tahu kau akan menjadi tunangan yang baik dan menyambutku disini."

"Kau masih menganggapku tunangan? Kau meninggalkanku mengurus semuanya disini dan kau masih menganggap dirimu tunangan?"

"Jika kelak suamimu pulang, kau harus menyambutnya dengan senyuman. Bukan pertengkaran seperti ini."

Rachel menatap menusuk punggung lebar pria yang sedang membereskan barang-barang di lokernya itu.

"Aku mungkin gila karena pernah berpikir kau bisa menolongku," ujar Rachel lirih menumpahkan seluruh perasaan kecewanya. "Kau tahu kenapa malam itu aku meneleponmu?"

 "Kau tahu kenapa malam itu aku meneleponmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang