Yaeil Village, Busan
Pria yang kini usianya sudah separuh abad itu tengah berusaha memasangkan umpan pada kailnya. Putranya, yang ia ajak dengan sangat susah payah, hanya dengan sembarangan melempar kailnya sendiri ke arah danau tanpa bersemangat.
“Kenapa kau sangat menyebalkan?” protesnya kecut. “Semangatlah sedikit. Kau jauh-jauh ke Busan hanya untuk seperti ini?”
“Ayah, jika kau tidak ingat, kau membuatku mengawasi tidak hanya Yaeil Hotel, tapi semua anak perusahaanmu di bawah bendera Yaeil. Dan sekarang kau memintaku datang, bilang ada yang sangat penting, dan ternyata hanya memancing?”
“Memancing itu penting. Kau baikan dengan Taehwan karena ini, kan?”
“Yang benar saja... Aku mungkin sudah selesai membaca beberapa laporan ketika duduk disini.”
Ia tertawa kecil. “Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Lihat cincin yang sudah ada di jarimu. Sesekali jangan terlalu fokus pada pekerjaan. Bersantai sedikit saja. Apa kau tidak kasihan pada Rachel?”
Youngdo terdiam mendengar ucapan itu.
“Ayah?” panggilnya ragu. “Bagaimana perasaan Ayah dulu ketika akan Ibu pergi?”
Choi Youngkwang menatap putranya terkejut. Ia tidak menyangka Youngdo akan menanyakan hal seperti ini padanya. Youngdo sekalipun tidak pernah membahasnya. Bahkan ketika ia hadir dalam pemakaman Ibunya, Youngdo tidak pernah menggandeng tangannya. Anak itu dengan tegar melewati semua prosesnya.
“Kau ingin aku menjawab apa?”
“Apa saja. Bahkan berbohong pun tidak masalah. Berbohong agar apa yang aku dengar itu salah.”
“Apa terjadi sesuatu padamu?”
Youngdo melempar tatapannya ke arah danau yang sangat tenang itu. “Nenek Choo sudah menceritakan semuanya.”
Youngkwang terdiam. Ia tidak pernah tahu nenek tua itu masih mempedulikannya. Ia pikir wanita itu hanya mengubur kebenarannya untuk dirinya sendiri. Ia pikir, wanita itu menantikan kehancurannya, sama seperti cara ia menyalahkan diri setelah kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupnya.
“Kapan?”
“Beberapa minggu yang lalu saat aku harus ke Jepang. Aku mampir bertemu dengannya dan ia membahas pernikahanku.”
“Apa dia bilang jika di matanya kau sudah cukup dewasa untuk tahu?”
Youngdo mendesah, seolah ada begitu banyak beban yang ia bawa dalam helaan nafas itu. “Kenapa Ayah tidak pernah bercerita padaku? Apa Ayah berencana diam selamanya?”
Benar, kenapa ia tidak bercerita? Kenapa ia tidak pernah berkata bahwa bukan ia yang meninggalkan pernikahan mereka, tapi Shin Yeonjoo sendiri? Kenapa ia tidak pernah bilang, mungkin pada Shin Yeonjoo sendiri, meski tidak ada cinta di hatinya, ia tetap ingin wanita itu bersamanya? Bahkan meski semua yang sudah terjadi diantara mereka, ia tetap menghormati wanita itu dan begitu kehilangan saat kematian datang menjemputnya.
“Andai saja Ayah bercerita...” suara Youngdo hilang ditelan kesedihan anak itu.
Youngkwang menepuk pundak putranya. Menguatkannya.
“Memang apa yang bisa kuceritakan? Kau hanya akan membenciku lebih besar dari sebelumnya.”
“Ayah, aku...”
“Aku tahu.” Dengan genggaman erat, Choi Youngkwang merangkul bahu putranya dan tersenyum bangga, “Tidak perlu mengucapkan apa yang kau ucapkan. Aku sudah memaafkanmu. Ayah mana yang tidak melakukan demikian?”
---------- End ----------
Terima kasih yang selama ini sudah mendukung Some.
Terima kasih sudah membaca extra part khusus Presdir Choi. Harap bersabar untuk extra part karakter lain.
(Choi Youngkwang, 25 tahun)
(Shin Yeonjoo, 25 tahun)
KAMU SEDANG MEMBACA
Some
FanfictionYoo Rachel merupakan putri tunggal dan pewaris perusahaan kimia terbesar di Korea Selatan. Tidak punya banyak teman, dibenci semua orang, dan diasingkan ke luar negeri sama sekali tidak masalah untuknya. Tapi ia sangat membenci hidupnya kala ia dipa...