Rachel membaca deretan huruf di buku yang ia pegang sedikit lebih lama dari biasanya. Berkali-kali, ia menghembuskan nafas kesal dan menggeser duduknya dengan tidak nyaman. Gadis itu juga menarik selimut hanya untuk melipatnya kembali hingga pria yang ada di sisinya menatapnya geli.
"Berhenti marah hanya karena hal sepele."
"Jangan bicara denganku!" ucap Rachel penuh penekanan, berbicara untuk pertama kalinya dari penerbangan mereka di New Chitose menuju Incheon.
Youngdo terkekeh kecil. "Kau yakin tidak akan bicara denganku bahkan sampai kita tiba di Korea nanti?"
Alih-alih menjawab, Rachel malah menutup bukunya dengan bunyi cukup keras. Gadis itu begitu muak hingga tidak mau menatap sang tunangan dan memalingkan muka ke sisi yang lainnya.
"Rachel, kau benar-benar keras kepala," ucap Youngdo sangat terhibur.
"Aku?" ulang Rachel dengan gigi terkatup rapat. "Yah, benar juga. Mana ada orang yang bersalah mengakui kesalahannya lebih dulu, yang ada dia akan menyalahkan orang lain."
"Mari kita lihat kejadian yang sebenarnya, tunangan. Diantara kau dan aku, siapa yang melangkah masuk ke futonku lebih dulu?"
Rachel membuka mulutnya untuk protes, tapi detik berikutnya gadis itu hanya mengedarkan pandangan ke kabin first class yang mereka naiki, menolak menjawab segala tuduhan balik yang diarahkan padanya itu.
"Aku tidur sangat nyaman di dalam futonku sendiri. Kau tahu aku tidak bisa tidur dengan baju yang menempel di badanku. Tapi aku menghormatimu. Aku melepas yukata setengahnya saja dan menarik selimutku hingga ke leher karena kau di kamar yang sama denganku. Jadi, bukankah itu tidak berperikemanusiaan jika kau menuduhku menarikmu sementara kau sendiri yang bergerak dalam tidurmu dan berakhir di atas futonku?"
"Apa itu mungkin?" bentak Rachel tetap tidak percaya. "Aku bahkan tidak pernah terjatuh saat tidur di ranjang yang sempit. Apa mungkin aku bergerak hingga sejauh itu ke futonmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Some
FanfictionYoo Rachel merupakan putri tunggal dan pewaris perusahaan kimia terbesar di Korea Selatan. Tidak punya banyak teman, dibenci semua orang, dan diasingkan ke luar negeri sama sekali tidak masalah untuknya. Tapi ia sangat membenci hidupnya kala ia dipa...