Yoo Rachel merupakan putri tunggal dan pewaris perusahaan kimia terbesar di Korea Selatan. Tidak punya banyak teman, dibenci semua orang, dan diasingkan ke luar negeri sama sekali tidak masalah untuknya. Tapi ia sangat membenci hidupnya kala ia dipa...
Seo Inha menatap sebuah pusara yang ada di hadapannya dengan tangis teredam. Makam yang tidak pernah ia kunjungi sejak kejatuhannya itu seolah memeluknya dalam diam, menuntaskan segala kesedihan yang ia rasakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oppa, maaf ya. Aku baru datang sekarang."
Hening. Makam itu sama sekali tidak menjawabnya.
"Kau tidak marah, kan?"
Mungkin Nyonya Seo sudah gila, tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia berharap orang yang ia kasihi itu berkata iya.
Bisakah sekali saja, biarkan ia mendengar suara yang sangat rindu dirindukannya. Suara berat yang tiap malam memeluknya.
"Oppa, putri kita... Rachel akan menikah."
Bunga yang ia bawa ia letakkan di makam itu dengan perlahan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Rachel tidak banyak bicara tentangmu. Satu-satunya hal yang ia katakan adalah bahwa ia sedih berjalan di altar sendirian tanpamu. Anak itu dingin, sama sepertiku, tapi aku tahu dia sangat merindukanmu. Bukankah bagi anak perempuan, seorang Ayah selalu menjadi sosok cinta pertama?"
Angin berhembus menerpa rambut Seo Inha, seolah mengelus pelan kepalanya, sama seperti hal yang sering suaminya lakukan dulu.
"Oppa, kau tidak perlu khawatir lagi sekarang. Kau tahu siapa menantumu? Kau pasti akan bersorak di alam sana. Dia adalah putra Youngkwang Oppa, anak yang selalu kau harapkan Rachel untuk menikahinya. Aku tahu kau memang menginginkannya, tapi seandainya kau tidak berpesan tentang perjodohan ini pun, pada akhirnya aku tetap akan menikahkan mereka. Youngdo adalah pria yang baik. Anak itu mencintai Rachel lebih besar dari cintanya pada diri sendiri."
Dalam airmata yang menetes rindu, Seo Inha memandang foto pernikahan mereka yang masih ia simpan di makam itu. Setelah mengelusnya, di depan abu mendiang suaminya, Seo Inha membungkuk hormat.
"Beristirahatlah dengan tenang, Oppa. Aku tidak bisa berjanji aku akan segera menemuimu. Aku memutuskan untuk hidup. Rachel masih membutuhkanku. Tapi kelak jika saat itu tiba, aku tidak keberatan. Aku tahu kau akan menyambut kedatanganku. Sampai saat itu tiba, ketahuilah aku selalu milikmu. Oppa, aku mencintaimu. Aku... Selalu begitu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan Seo Inha berjalan keluar dari area pemakaman dengan langkah ringan. Matanya sembab, tapi ia bisa merasakan sekarang ini seluruh bebannya terangkat.
"Nyonya, biar saya bawakan."
Ahjumma berlari mendatangi Seo Inha dan langsung memegang tas wanita itu.
"Tidak usah. Memang aku masih majikanmu?" tolak Nyonya Seo merebut tasnya.
Ahjumma merebut kembali tas itu. "Tentu saja. Memangnya kapan Nyonya memecat saya?"
"Kau tidak ingat?"
"Tidak."
"Apa aku belum memecatmu?" tanya Nyonya Seo bingung.
Ahjumma mengulum senyumnya dan menggandeng lengan Seo Inha. Ia sangat bangga. Anak kecil manja yang selalu membentaknya itu kini sudah menjadi wanita yang hebat.
"Iya, Nyonya belum memecat saya dan tidak akan bisa memecat saya."
Seo Inha menatap sangsi pada Ahjumma. Ahjumma tertawa. Seperti virus, tawa itu menular.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di depan makam suaminya, makam seseorang yang ia kira sudah meredupkan seluruh pendar cahaya Seo Inha bersama kematiannya, rupanya ia masih bisa tertawa menikmati dunia.
---------- End ----------
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah baca extra part tokoh pertama ini.
Terima kasih dukungan untuk SeoInha.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(SeoInha, 20 tahun)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.