"Aku tidak tahu jika kau memang sudah gila!"
Rachel, untuk kesekian kalinya, mengucapkan kata itu pada Youngdo dengan amarah yang sangat terlihat jelas. Ia bahkan tidak bisa duduk dengan tenang di Perpustakaan. Sementara Youngdo hanya duduk memperhatikannya, Rachel menggigiti cemas kuku ibu jarinya, berjalan mondar-mandir diantara buku-buku yang tertata rapi pada rak-rak tinggi disana.
"Kau ini kenapa mudah sekali marah? Tenanglah sedikit."
"Lalu kenapa kau tidak mencobanya pada dirimu sendiri?" ucap Rachel dengan gigi terkatup rapat. "Tidak bisakah kau hidup normal sehari saja?!"
Youngdo, yang sejak tadi sudah menerima omelan Rachel dari halaman depan sekolah hingga ke tempat mereka sekarang berada, hanya bisa meringis kecil.
Aneh memang, tapi ia sama sekali tidak keberatan menerima amukan mantan tunangannya itu. Bahkan, Youngdo mengamati dengan tatapan tertarik setiap gerakan Rachel, menyadari dengan senang jika dirinya lah yang menjadi objek kecemasan gadis itu.
"Kau tersenyum?" tanya Rachel terperangah, terlihat benar-benar kesal pada Youngdo sekarang. "Kau bodoh atau apa?"
"Memang aku bodoh. Menjadi pintar bukanlah tujuan hidupku. Asal kau tahu, bodoh lebih menyenangkan. Lagipula, untuk apa seorang Choi Youngdo harus hidup normal?"
"Jika kau ingin menjadi orang bodoh, paling tidak, lakukan hal yang benar! Kenapa sampai bertaruh segala? Kau bangga melakukannya? Kau pikir kau kucing dengan 9 nyawa?"
Youngdo tidak bermaksud membuat Rachel semakin murka, tapi ia sudah tidak bisa lagi menahan seringainya.
"Ada yang lucu?"
Rachel berkacak pinggang, tidak terima Youngdo menanggapinya dengan candaan.
"Kau percaya kucing punya 9 nyawa?" tanya Youngdo dengan geli.
"Apa kau kira aku ingin membahas kucing sekarang?" Jawab Rachel berusaha bersabar.
"Tidak, tapi aku ingin membahas kenapa kau mengajakku ke perpustakaan. Ini tempat suci, Rachel. Kau tahu aku tidak pernah menginjakkan kaki di tempat seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Some
FanfictionYoo Rachel merupakan putri tunggal dan pewaris perusahaan kimia terbesar di Korea Selatan. Tidak punya banyak teman, dibenci semua orang, dan diasingkan ke luar negeri sama sekali tidak masalah untuknya. Tapi ia sangat membenci hidupnya kala ia dipa...