Bab 24 - Part 2

878 98 13
                                    

2 Minggu kemudian...

Chayeon menatap gedung berlantai empat itu dengan hati berdebar. Sekolah masih tetap sama seperti saat terakhir kali ia meninggalkannya.

“Nona, Anda tidak turun?” tanya seorang sopir taksi yang ia pesan langsung dari Rumah Sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nona, Anda tidak turun?” tanya seorang sopir taksi yang ia pesan langsung dari Rumah Sakit.

Haruskah ia turun sekarang?

Jujur saja, Chayeon cukup khawatir. Ia pikir ia sudah menyerah, namun ternyata ia masih berharap adanya setitik harapan. Meskipun ia sudah melewati hal yang banyak orang tidak ingin lewati, baginya ini tidak masalah. Youngdo bilang Sewon masih menerimanya. Ryul bilang Direktur Hong masih dan akan selalu menyokongnya. Seperti yang Ibunya pernah katakan, Sewon memang satu-satunya harapan untuknya.

Sewon adalah satu-satunya cahaya hidup yang bisa membawanya ke tempat yang lebih baik. Bukan tempat penuh kekayaan dan uang yang tidak pernah habis, tapi tempat dimana ia bisa bebas mewujudkan mimpinya sendiri.

“Iya, tunggu sebentar,” jawab Chayeon akhirnya sembari menyerahkan uang.

Sopir taksi tersenyum ramah padanya saat ia pamit keluar. Kini, kakinya sudah berada di depan gerbang SMA Sewon, tempat yang seharusnya tidak ia datangi lagi namun Youngdo bersikeras untuk ia tetap datang.

Seorang guru menyapanya sopan, sama seperti jenis sapaan yang selalu diberikan kepada semua siswa yang datang. Beberapa orang anak melihat ke arahnya –lebih dari satu kali- untuk memastikan jika itu benar-benar dia.

Bukannya diam, Chayeon malah tersenyum cerah pada mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya diam, Chayeon malah tersenyum cerah pada mereka. Aneh, ia tidak merasa cemas seperti dulu. Apakah ini karena semua hal yang sudah ia berhasil lalui ataukah memang efek dari perawatan yang ia jalani?

Sepanjang jalannya dari gerbang hingga ke lorong di depan kelas, tidak ada yang menyapanya. Anak-anak hanya menyingkir memberinya jalan dan sebisa mungkin tidak bertatapan dengannya.

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang