Bab 15 - Part 2

1K 114 11
                                    

Youngdo menatap Ryul yang tengah merebahkan dirinya di sofa asal-asalan. Temannya itu datang dengan dua botol wine yang ia curi dari gudang Direktur Hong untuknya. Ryul bilang ia akan menemaninya minum, mengawasinya, juga menjauhkannya dari tindakan nekat apa saja. Tapi apa? Baru dua gelas saja, ia sudah tidak bisa membuka mata.

"Sebagai pria, kau sangat mempermalukan kita semua," ejek Youngdo geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebagai pria, kau sangat mempermalukan kita semua," ejek Youngdo geli.

Ia bangkit dari sofa panjang di kamarnya dan berjalan ke balkon sendirian. Kesadarannya sudah kembali cukup lama. Menyalakan rokoknya, Youngdo berniat untuk menenggelamkan diri pada minuman kembali sebelum ia menyadari dejavu yang dirasakannya.

Sialan, batinnya masam, ada apa dengan balkon dan dirinya. Di Macau, balkon menjadi tempat ia merapati pertengkarannya dengan Rachel. Disini, balkon juga menjadi tempat ia meratapi putusnya pertunangannya dengan Rachel.

Pertanyaannya, yang mana?

Ucapan Xin berhembus bersamaan semilir angin yang menerpanya. Gadis itu sudah tahu bahkan sebelum Youngdo tahu tentang perasaannya sendiri.

Jadi alih-alih menenggelamkan diri lagi dan hangover, Youngdo memilih mencari nomor sepupunya itu.

"Angkatlah..." ucap Youngdo setengah memohon. "Ayo, Xin. Angkat..."

Panggilan Youngdo tidak dijawab. Menolak menyerah, pria itu menelepon Xin lagi.

"Ayolah... Aku mohon..."

"Tidak sadarkah kau ini sudah dini hari di Macau?"

Sapaan ketus dan suara serak menyambut Youngdo begitu Xin berbicara.

Youngdo memasukkan tangannya ke dalam saku sembari mengulum senyum. "Benarkah? Aku tidak tahu."

"Jangan pura-pura bodoh!"

Sekali lagi, Youngdo menahan tawa. Pria itu mendengar semua omelan panjang Xin, beserta beberapa makian favorit gadis itu.

 Pria itu mendengar semua omelan panjang Xin, beserta beberapa makian favorit gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah meracaunya?"

Gadis di ujung telepon itu mengambil nafas dan merutuk kecil. "Awas saja sekali lagi kau mengganggu tidurku."

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang