Bab 2 - Part 3

1.3K 151 5
                                    

Choi Youngdo mematikan rokoknya. Wajahnya yang penuh luka akibat tamparan dan pukulan ditongakkan pada langit malam di luar cafe itu. Balkon tempatnya duduk membuatnya mampu merasakan hawa dingin yang menerpa wajahnya, mengirimkan rasa sakit kecil yang menjalar ke seluruh syarafnya.

Pandangannya menerawang, mengingat kembali kejadian yang mungkin saja mengguncang jiwa tunangannya saat ini.

"Kau mau kemana?" Tanya Rachel yang saat itu mengikutinya.

"Kau mau kemana?" Tanya Rachel yang saat itu mengikutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pergi!" Jawabnya.

Harga dirinya tercoreng, di depan Rachel sendiri.

"Aku boleh ikut?" Tanya tunangannya lagi, masih dengan nada yang Youngdo yakini hampir terdengar khawatir.

"Ditemani olehmu adalah pilihan terakhir yang aku mau, Yoo Rachel."

Dan setelah mengatakan itu, Youngdo meninggalkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan setelah mengatakan itu, Youngdo meninggalkannya. Dan jujur, dia merasa bersalah berkata seperti itu pada gadis yang baru saja berani meneriaki Ayahnya, demi dirinya.

Youngdo melirik jam tangannya. Jam sebelas malam. Kafe itu akan segera tutup namun anehnya, dia masih tidak ingin beranjak pergi. Baginya, ini lebih nyaman dari rumah. Kursi disini lebih nyaman dari tempat tidur besar di kamarnya. Udara disini bahkan lebih harum dari bau kediktatoran di rumahnya.

“Choi Youngdo!!!”

Sayup-sayup dia mendengar sebuah suara lembut memanggilnya. Suara yang sangat dirindukannya.

“Apa kau tidak mau pulang?”

“Im Chayeoooon!!!” Youngdo berteriak sekeras mungkin, memenuhi ruangan itu dengan suaranya, membuat beberapa rekan kerja Chayeon menoleh penasaran.

Youngdo hampir tersenyum bahagia saat gadis dengan ekspresi malu itu berjalan mendekatinya tergesa-gesa.

Youngdo hampir tersenyum bahagia saat gadis dengan ekspresi malu itu berjalan mendekatinya tergesa-gesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa baru datang?” tanya Youngdo hangat saat Chayeon sudah di depannya.

“Maaf, pelanggan banyak sekali dan mereka memintaku kerja di lantai 1," jawabnya tanpa bertanya apapun saat menyadari luka memar di wajah Youngdo.

“Lain kali datanglah lebih cepat.”

Gadis itu mencebik manja. “Memangnya aku bosnya?”

“Apa aku ganti bosmu saja, Im Chayeon?” tawar Youngdo dengan seringai lebar.

Chayeon berbisik lirih, “Eeei, kenapa tidak kau beli restorannya untukku saja?”

Gemas, Youngdo menjentik kepala gadis itu lembut. “Aku ini masih pelajar. Uangku tidak sebanyak itu, tahu.”

Chayeon pura-pura kecewa. “Ah, aku lupa. Kau kan tidak punya uang.”

Youngdo menatap Chayeon dan tanpa diduga mereka tertawa bersama.

“Kau mau pesan apa?"

"Tidak ada."

"Lalu kenapa kemari?"

"Lalu kenapa kemari?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menemuimu."

"Kau menemuiku karena kau jadi menikah?” tanya Chayeon bergurau, namun ia terlihat ragu, seolah tidak berani menanyakannya.

Youngdo menoleh dan melihat wajah wanita yang disukainya itu sedang menatapnya sendu. “Tidak, kami hanya bertunangan saja.”

“Maksudmu?” tanya Chayeon bingung.

“Aku hanya bertunangan dengannya sampai semuanya stabil. Setelah itu, aku akan mengembalikan semuanya.”

“Apa kau tidak akan menikahinya?”

Youngdo tersenyum masam. “Kenapa harus menikah? Aku masih muda. Lagipula, kalau kau mengenal Rachel, kau tidak akan tega menyuruhku menikah dengannya.”

“Ah, jadi namanya Rachel,” Chayeon bergumam pelan, mengucapkan nama itu bagai mantra. “Baru kali ini kau menyebut namanya. Sebelumnya kau hanya berkata tunanganku saja.”

“Kau cemburu?”

“Tidak,” jawab Chayeon dengan senyum hangat.

“Tidak usah khawatir, aku tidak suka padanya.”

“Memangnya dia kenapa? Aku lihat dia gadis yang cantik. Rambut panjangnya sangat indah.”

Youngdo menggeleng tidak setuju. “Aku rasa dia punya banyak amarah yang siap meledak di dalam dirinya.”

“Kau juga sama.”

“Memangnya aku kenapa?” tanya Youngdo tidak terima.

“Kau bukan saja cepat marah, tapi kau juga tidak peduli, malas, arogan, aigooo…” Chayeon seolah menghembuskan nafas frustasi, “aku bahkan tidak tahu kenapa aku mau bersama denganmu.”

Mendengar itu, Youngdo menarik Chayeon dan memiting lehernya dengan sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar itu, Youngdo menarik Chayeon dan memiting lehernya dengan sayang.

“Coba katakan sekali lagi!”

Chayeon yang tertawa hanya bisa menggumamkan maaf. "Mereka melihat kita, bodoh."

Berpelukan seperti itu, membuat Youngdo dapat menatap Chayeon lebih dekat. Dipandangnya gadis itu dalam diam.

Chayeon menyadari Youngdo sudah tidak memitingnya. Dia berhenti tertawa dan balas menatapnya. “Kenapa?”

Bukannya menjawab, Youngdo malah memeluknya erat. Menyembunyikan wajah gadis itu dalam rengkuhan lengannya.

Chayeon berusaha melepas diri, tapi Youngdo menahannya. “Biarkan aku seperti ini sebentar saja.”

Entah karena perasaannya juga sama, atau memang karena bersimpati dengannya, Chayeon membiarkan Youngdo memeluknya.

“Im Chayeon,” panggil Youngdo pelan.

Chayeon mendongak, wajahnya menghadap Youngdo dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

“Kalau aku melepasnya, apa kau mau menunggu sedikit lebih lama untukku?”

*****

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang