Paid Love 4.0 (old version)

2.9K 336 47
                                    

Kinal's POV

"Kak Kinal..." aku sedikit terkejut karena panggilan diiringi dengan tepukan di bahu kiriku. Aku menoleh, mendapati Dea sedang tersenyum manis.

"Hai" sapaku

"Kak Kinal sama siapa? Sendirian aja?" Aku mengangguk

"Kamu sama siapa?"

"Sendirian juga kak, eh kakak masih belanja ya? Lanjutin gih kak"

"Udah selesai kok, ini mau bayar" aku berjalan menuju kasir, masuk dalam antrian yang tak terlalu panjang. Selesai dengan urusan bayar, aku keluar dari supermarket dan mendapati Dea di samping pintu masuk. Ku pikir ia sudah pulang.

"Kamu belum pulang?" Ia tersenyum, menggelengkan kepalanya

"Nungguin kak Kinal"

"Kamu balik pake apa?"

"Jalan kaki kak" aku mengerutkan dahi

"Rumah aku deket kok, tinggal jalan kaki dari sini. Sepuluh menit juga nyampe"

"Yaudah ayo aku anterin, belanjaan kamu berat banget kayaknya" aku meraih satu kantong plastik berukuran cukup besar dari tangan kirinya, menyisakan satu kantong yang sama besarnya di tangan kanannya. Aku terkekeh melihat wajahnya yang keheranan melihat apa yang kulakukan.

"Ka..kak Kinal serius mau nganter aku pulang?" Sekali lagi aku mengangguk dan berjalan mendahuluinya, terdengar suara langkah kakinya yang berlari mengejar langkahku.

"Kak, aku nggk mimpi kan ini? Aawwww" pekiknya setelah mencubit pipinya sendiri.

"Dari sini kemana?"

"Masih lurus kak, nanti ada pertigaan belok kiri" kami berjalan santai di trotoar yang cukup lebar, mungkin karena sudah malam, tak terlalu ramai orang yang berlalu lalang.

"Hhmm kak Kinal, aku boleh nanya nggk?"

"Ini kamu udah nanya"

"Iihh maksud aku, aku mau nanya sesuatu"

"Nanya aja"

"Kak Kinal risih nggk sih selama ini aku suka gangguin kakak?"

"Biasa aja" aku memang tak pernah merasa risih ketika ia menggodaku, ku anggap itu hanya sebagai candaan saja. Lagipula anak ini sangat baik, bahkan hampir setiap hari ia membawa bekal untukku.

"Jadi kakak suka aku gangguin?" Nada suaranya terdengar exited

"Nggk juga" terdengar helaan napas berat darinya, aku menoleh. Ia nampak kecewa.

"Abis ini kemana?" Tanyaku lagi, setelah melewati pertigaan

"Lurus aja kak, rumah aku yang pager putih" hingga sampai di depan rumah Dea, kami sama-sama tak mengeluarkan suara.

"Makasih ya kak, udah nganterin aku" aku mengangguk

"Kakak nggk mampir dulu?"

"Lain kali aja ya. Bella udah nungguin di rumah"

"Yaudah, sekali lagi makasih ya kak"

"Iya, masuk gih. Langsung istirahat, besok kan kamu shift pagi" ia membuka pagar, lalu masuk.

"Dea..." panggilku, ia berbalik

"Selamat tidur" ucapku, ekspresi kecewanya langsung sirna, terganti oleh senyuman manis yang terbit di bibirnya. Ah aku selalu suka melihat lesung pipinya.

***

"Kak, giliran kita masih lama ya?" Aku menoleh pada Bella yang cemberut karena terlalu lama menunggu.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang