Affair 5.0 - Sunday Morning

2.4K 332 61
                                    

Jakarta, 2012

Kinal's POV

"Bang, nescafe satu ya" aku duduk di bangku kayu panjang. Menunggu pesananku datang.

"Ini neng, pesenannya"

"Makasih Bang" kuseruput sedikit demi sedikit kopi yang masih panas, berharap rasa kantukku hilang.

Kini pukul sembilan, dan aku masih duduk di warung kaki lima ini. Menunggunya keluar dari Gereja di seberang jalan. Sudah hampir dua bulan aku melakukan aktifitas ini. Setiap minggu pagi, menunggunya yang sedang ibadah. Hal yang bahkan tak pernah ku lakukan sebelumnya. Demi dia, aku rela bangun pagi dan datang kesini menemuinya.

"Neng akhir-akhir ini sering kemari ya. Nggk ibadah Neng?" Tanya sang penjual, aku lupa namanya siapa.

"Iya Bang. Di sini cuma nungguin temen" ia hanya mengangguk, melanjutkan aktifitas membuat pesanan untuk pelanggan lain.

Aku kembali memperhatikan Gereja, orang-orang sudah nampak mulai keluar. Di sana, persis di samping pintu utama, ia sedang ngobrol dengan kedua orang tua dan adiknya. Aku masih duduk di tempat, memperhatikannya yang kini tengah berjalan ke arahku. Kedua orang tua dan adiknya telah masuk ke dalam mobil. Ia terlihat sangat anggun dengan balutan dress selutut berwarna baby blue, lengkap dengan senakers putih kesayangannya.

Senyumnya langsung mengembang begitu melihatku, membuatku gemas dengan pipi chubby-nya. Aku segera membayar pesanan dan berjalan menghampirinya.

Tanpa berucap, ia langsung memelukku begitu erat. Dikecupnya pipiku lama, membuatku sedikit risih. Mengingat kami sedang di pinggir jalan, dan tentu karena statusnya yang merupakan kekasih dari sahabatku. Akan sangat aneh jika ada kenalan yang melihat interaksi kami begitu intim, mengingat aku juga jarang berbicara dengannya ketika bersama Brandon.

"Ayo ke mobil" aku melepaskan pelukannya, berjalan menuju mobil yang kuparkirkan tak jauh dari warung kaki lima tadi.

"Mau kemana?" Tanyaku, mulai menjalankan mobil. Ia nampak berpikir, lalu mengedikkan bahu.

"Bingung juga mau kemana, menurut kamu?" Aku lebih tak tau lagi kemana tujuan kami.

"Kok nanya aku, kan kamu yang ngajak ketemu" ia mendengus kesal. Memang selalu Veranda yang memintaku menemuinya setiap minggu pagi, sebab hanya di hari minggu kami memiliki kesempatan bertemu tanpa khawatir Brandon tau. Brandon sangat susah bangun pagi, apalagi di hari minggu. Itu juga sebabnya ia jarang ke Gereja minggu pagi. Sebenarnya aku dan Brandon setipe, sama-sama tak bisa bangun pagi. Namun entah mengapa, aku mau saja ketika Veranda yang meminta.

"Pokoknya aku nggk mau di sekitar Jakarta"

"Kenapa?" Tanyaku heran

"Nanti ketemu Brandon. Semalem dia ngajakin jalan, tapi aku tolak. Aku bilang sama dia ada acara keluarga" miris sebenarnya mendengar ucapan Veranda. Secara tidak langsung, akulah penyebab sahabatku dibohongi. Tapi mau bagaimana lagi? akupun tak kuasa menolak permintaan Veranda.

Baru saja Veranda menceritakan kekasihnya, ponselku bergetar, tanda sebuah panggilan masuk. Segera kurogoh saku celana. Nama Brandon tertera di layar ponsel, membuatku ragu untuk menerimanya.

"Kok nggk diangkat? Dari siapa?"

"Brandon"

"Biarin aja" ucapan Veranda justru membuatku semakin dilema. Aku mencoba mengesampingkan ego sejenak, lalu mengangkat panggilan darinya.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang