Your Smell 14 - Serendipity (Naomi x Kinal x Carissa)

3.3K 367 38
                                    

Kinal's POV

"Sayang, can you pick me up? Radya masih ada rapat UKM. Aku pesen taksi online dari tadi di-cancel terus sama driver- nya."

Kulihat jam yang melingkar di tangan kiriku, sudah pukul empat sore. Jika menjemput Carissa menggunakan mobil, pasti membutuhkan waktu lebih dari satu jam. Aku tak ingin membuatnya menunggu lama.

"Okay boss, I'll pick you up." Aku mematikan sambungan telpon, lalu berjalan menuju cubicle Dimas. Ia sedang membereskan barang, sepertinya akan pulang.

"Dim, mau balik?"

"Iya nih, lo nggak balik Nal?"

"Ini mau balik, tapi jemput pacar gue dulu. Gue boleh tuker pake motor lo nggak Dim?"

"Tumben lo Nal, emang mobil lo kenapa?"

"Ya nggak kenapa-kenapa, gue cuma nggak mau dia nunggu lama."

"Duh lama-lama mau juga nih gue jadi pacar lo, baik banget sih."

Aku terkekeh mendengar ucapan Dimas. "Ya namanya juga cinta. Lagian lo mah semua mau dipacarin, pacar gue juga mau lo pacacarin."

"Hah maksud lo?" Bingungnya.

"Hahaha yaudah mana sini kunci mobil lo, nih kunci motor gue." Aku meraih kunci motor Dimas, lalu memberinya kunci mobilku.

"Eh tapi helm lo ada dua kan?"

"Iya, tenang aja. Gue selalu bawa helm lebih kok, siapin buat calon pacar gue nanti."

"Duh, gue kok jadi kasian ya denger lo ngomong gitu."

"Sialan lo, udah pergi sono."

Aku pun meninggalkan Dimas yang masih kesal karena ucapanku.

***

Aku tersenyum melihat Carissa duduk sendirian sambil membaca buku. Aku memang meminta ia menunggu di parkiran fakultasnya. Jika menunggu di halte pasti akan banyak orang, jadi kupikir lebih baik Carissa menunggu di sini saja.

"Dengan Mbak Carissa?" Tanyaku, membuka kaca helm. Ia mendongak, tersenyum melihat keberadaanku.

"Iya Bang." Ia menutup buku, lalu memasukannya ke dalam tas.

"Silahkan Mbak, ini helmnya."

Ia terkekeh, lalu mengambil helm yang kusodorkan.

"Ini tujuannya sesuai yang di aplikasi ya Mbak?" Godaku, lagi ia terkekeh. lalu memelukku erat ketika naik.

"Bang, kalau meluk kayak gini, nambah lagi nggak bayarnya?" Ia meletakkan dagu di bahu kananku.

"Iya Mbak, kalau meluk bayarannya lebih. Soalnya saya udah pacar," timpalku.

"Wah saya nggak ada kesempatan dong nih."

"Maaf ya Mbak, tapi saya udah cinta banget sama pacar saya, dia cakep soalnya." Kami berdua terkekeh dengan percakapan konyol itu.

"Yaudah deh Bang ayo jalan, tenang aja nanti saya bayar lebih." Aku segera menjalankan motor dengan kecepatan sedang. Rasanya sangat nyaman, Carissa memasukan kedua tangannya di kantong bagian depan hoodie yang kukenakan, mencari kehangatan di tengah semilir angin yang berembus.

Kunikmati kemacetan kota Jakarta dengan segala keriuhan yang dihasilkan oleh kendaraan yang memadati jalan, sejalan dengan suara detak jantungku yang selalu tak normal jika sedang bersama Carissa.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang