Amin Paling Serius

1.3K 178 18
                                    

Di dunia ini ada dua tipe jatuh cinta. Pertama, jatuh cinta ke orang yang merupakan tipe lo, baik secara fisik, juga personality-nya. Kedua, jatuh cinta ke orang yang bukan tipe lo, yang bahkan nggak pernah sama sekali lo duga bakal jatuh cinta sama dia.

Bagi orang-orang tipe pertama, mungkin akan sangat beruntung jika bisa mendapatkan orang yang dia taksir itu. Bagi orang-orang tipe yang kedua, ada dua kemungkinan. Pertama, dia akan berdiskusi dengan diri sendiri, mempertanyakan kenapa dia bisa cinta sama orang yang sama sekali bukan tipenya. Sampai mungkin pada akhirnya dia memutuskan untuk menerima, atau bahkan menolak orang itu. Yang kedua, akan bersikap "bodo amat", kalau udah cinta ya dijalanin aja.

Unfortunately gue termasuk tipe kedua. Yang masih mempertanyakan, kenapa bisa gue jatuh cinta sama...

"Eh Cina! Sini lo"

Sama dia. Manusia paling rasis yang pernah gue temui sepanjang dua puluh dua tahun gue hidup di dunia.

Laki-laki yang dipanggil "Cina" itu mendekat, tidak menunjukkan rasa kesal sama sekali. Karena memang sudah biasa seperti ini. Eros senyum ke arah gue, gue bales juga dengan senyum.

"Nanti anak-anak jadi nongkrong nggak sih?" Tanya Kinal, tangannya terulur, mengambil snack dari tangan Eros a.k.a Cina.

"Nggak tau deh, soalnya Reno masih belom jelas. Lagi berantem sama cewenya, jadi males keluar"

"Anjing! Bucin banget si Reno" cibirnya.

Selain rasis, dia ini juga kasar. Segala macem umpatan selalu terlontar dari mulutnya. Setiap hari. Entah saat senang, sedih, bahkan saat ngobrol biasa seperti sekarang.

"Nanti gue kabarin lagi deh Nal. Kalau jadi mau bareng nggak?" Tanya Eros, dibalas dengan gelengan.

"Oke deh, gue balik ya" Pamit Eros, lalu berjalan menjauhi kami.

Gue masih betah mandangin Kinal yang sibuk balesin grup WA, sebelah tangannya ngambil snack di atas meja. Iseng, gue ngambil snack di atas meja itu, membuat dia otomatis mendongak karena nggak menemukan hal yang dia cari.

"Ishh rese banget sih lo, balikin sini" kesalnya, berusaha merebut snack itu dari tangan gue.

"Balikin nggak!" Kali ini nadanya mengancam, tapi nggak sama sekali membuat gue gentar. Malah lucu ngeliat dia kesel gini.

"Bangsat balikin!"

Kali ini gue ngalah, kembali nyerahin snack favoritnya. Yang bisa bikin dia lupa segala hal kalau lagi makan itu.

"Nanti gue beliin yang banyak" ucap gue, membuatnya menoleh cepat. Matanya berbinar, seolah baru aja dapet harta karun. Dia bahkan nggak pernah sesenang ini waktu dapet nilai A di mata kuliah yang cukup sulit.

"Serius?"

Gue hanya ngangguk, narik hidung mancungnya dengan gemas, yang langsung ditepis saat itu juga.

"Tapi ada syaratnya"

"Apa?"

***

"Lo ngajakin gue ke sini bukan buat kencan, kan?" Tanyanya, sukses membuat gue tertawa.

"Emang lo ngerasa gitu?" Tanya gue balik, dia cuma geleng kepala, mulai nimatin chocolate cake yang tadi dipesannya. Setelah tadi juga nyomotin berry di atas cheese cake gue.

"Enggalah. Mana mungkin lo ngajakkin gue nge-date. Pertama, kita ini temenan udah lama. Kedua, gue sama sekali bukan tipe lo. Tipe lo kan cewe-cewe halus manja gitu"

Gue cuma tersenyum, mulai nikmatin cheese cake yang rasanya luar biasa enak ini.

"Alasan pertama sama sekali nggak menjadi penghalang. Banyak tuh yang udah lama temenan, bahkan sahabatan, malah jodoh. Yang kedua apalagi. Lo menyimpulkan tipe cewe gue karena hanya tau mantan-mantan pacar atau gebetan gue kan? Tanpa tau siapa yang sebenernya gue taksir"

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang